Halaman

Sabtu, 24 Januari 2015

USAHA PEMERINTAH vs PERINTAH PENGUSAHA utawa PEMERINTAH PENGUSAHA

Beranda » Berita » Opini
Rabu, 03/12/2008 01:49

USAHA PEMERINTAH vs PERINTAH PENGUSAHA utawa PEMERINTAH PENGUSAHA

Kendati bangsa ini diruwat, mulai dari tingkat pejabat sampai sosok rakyat melarat, agaknya berbagai petilan Bharata Yudha mulai dari tingkat lokal sampai nasional tak akan surut. Dalih ajang pesta demokrasi lima tahunan, merupakan konflik potensial. Siapa melawan siapa, karena beda idiologi. Antar generasi bisa saling rebutan kursi. Yang tua karena tak pernah dewasa, tak mau disaingi apalagi disalip oleh generasi penerus. Enak duduk tentu lupa berdiri, takut diserobot penumpang lain.

Walhasil, tabungan nasional untuk generasi mendatang, sudah diambil uang muka atau bahkan modalnya oleh generasi sekarang, generasi tua. Generasi penerus tinggal menikmati sisa, ampas, bahkan sederetan hutang plus bunganya utawa tinggal kebagian cuci piring.

Ada pejabat yang menandaskan walau fenomena golput 2009 dan sengketa pilkada tak akan memecah persatuan NKRI. Ujar ini ada benarnya, tetapi kalau ditelusuri, diselidiki siapa aktor di balik batu sudah ketahuan mana emas asli mana emas imitasi. Modus operandinya dengan menguasai media massa. Dengan menguasai media massa dijamin akan menguasai masyarakat, seolah dunia dalam genggaman.

Ada berapa banyak hal yang seharusnya bersifat pribadi menjadi rahasia umum. Bayangkan, orang mancing hanya dapat ikan setelapak, setelah diproses melalui pemberitaan yang atraktif seolah ybs menangkap ikan sedada. Sebaliknya, ada yang seharusnya diketahui khalayak agar dapat belajar banyak malah dipetieskan. Adat bilang tabu, tata krama sebagai wong Timur bilang tak sopan, tak layak karena keinginan pemirsa, kehendak penonton malah menjadi tayangan dan hiburan favorit. Dukungan sponsor, acara untuk orang dewasa bisa dikemas, ditata menjadi acara untuk semua umur dan mendongkrak peringkat.

Atau pengusaha ikan teri, tauge, telur cecak, dengan omzet serta mampu merambah ke kecamatan akan jadi pengusaha bukan klas teri. Pengusaha sukses dan sejenisnya pada gilirannya akan mendominasi dan memonopoli perekonomian bangsa. Harga pasar bisa aman dan terkendali dibawah otoritas pengusaha maupun peusaha alias manusia yang berusaha. Ingat, Belanda pertama kali menapak di NKRI sebagai pedagang! VOC Atau karena kebal hukum.

Mereka yang sedang kuasa atau mengemban hukum malah memperjualbelikan pasal hukum. Hukum menjadi ladang rupiah. Hukum buatan manusia malah menjebak utawa bisa menjadi bumerang makan tuan. Jangan salahkan kalau semisal usah mencari Polisi yang ramah warga, atau semacam angkatan lainnya.

Atau karena punya kekayaan apa pun bisa dibeli atau ditukar dan ditakar dengan Rp. Bahkan nyawa nyaris tak ada harganya. Salah tembak, salah tangkap, salah prosedur administrasi atau bentrok antar kepentingan bisa merenggut nyawa dengan percuma bin sia-sia.

Atau karena pemicu dan pemacu konflik termasuk kategori teroris, dengan bom rakitan atau upaya makar bisa mengarah ke kerugian Negara di mata apa kata dunia.

Atau karena beriringan dengan sejarah NKRI upaya menyempalkan diri atau gerakan separatis menjadi konflik horizontal tanpa akhir ceritera. Bukannya pernah menjadi proyek perang, kalau tidak bagaimana militer dapat bintang jasa.

Atau kita jangan lupa, Betara Kalla dengan ekses ruwatan memang ada dalam babad Jawa. Jangan pula lupa kalau Dasamuka bisa hadir di antara kita. Dalam bentuk yang lebih sederhan, yaitu bermuka dua, alias Dwimuka.


Atau memang jelang pilpres banyak orang turun gunung, banyak wajah bermuka baru muncul dari dalam tanah, banyak tokoh yang semula kabur kanginan merasa layak hinggap di istana, banyak orang mengira dengan pengalaman mendirikan partai politik berarti layak mengelola Negara, banyak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar