Senin, 30/07/2007 12:14
pilkada /
pilkara vs simalakama
memang, kata orang
hikmah pasca lengser keprabon Bapak Pembangunan H.M. Soeharto, Jenderal Besar
Bintang Lima, adalah angin segar dan darah segar bagi kehidupan berpolitik di
Nusantara.
di jalanan, yang
merasa biasa kongkow-kongkow untuk menjaring pengaruh, massa, pekerjaan,
akhirnya merasa bisa untuk mengkelompokkan diri.
artinya, dengan
dukungan legalitas dan peningkatan status, kelompok jalanan yang berbasis
sependeritaan, senasib melebarkan sayapnya.
terlebih bagi mereka
yang punya modal jas, dasi maupun baju safari akan mematut diri di depan
cermin.
ditambah yang
mengantongi ijazah, sertifikat, surat tanda tamat belajar termasuk persyaratan
administrasi lainnya (bebas narkoba, tidak terlibat orba, anggota golkar
turun-temurun, semua yang ada) merasa berhak untuk menjadi pemimpin.
singkat cerita,
kawanan politikus / politisi menduduki kursi legisllatif, eksekutif, dan atau
yudikatif.
ada yang jalur lambat
(dikenal dengan karir), kebanyakan jalur cepat atau jalan pintas.
akhir cerita,
platform parpol bisa seolah memihak rakyat atau merakyat.
parpol besar utawa
langganan pemenang pemilu / pilpres bak garang garing (ma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar