Halaman

Jumat, 23 Januari 2015

Keropos Dari Dalam

Keropos Dari Dalam

 Apa pun kejadian di periode 2014-2019, akibat dari politik balas jasa, balas budi vs politik balas dendam. Banyak pihak merasa berjasa menjadikan Jokowi-JK sebagai RI-1 dan RI-2 dengan prinsip no free lunch. Di media televisi, muncul manusia tanpa malu bergaya bak strata RI-1,5 (atau bahkan ada yang mematut diri jadi RI-0,5) mengumbar kata, fatwa bak orator ulung. Atau bandar politik menjadi dalang mengandalkan dinasti, silsilah dan trah, tinggal main tunjuk, tinggal terima bonus politik. Kurir politik pasang badan sebagai tandai kesetiaan, loyalitas total.

Legislatif, eksekutif dan yudikatif sebagai ajang rebut kursi, menjadi wahana adu kuat, menjelma menjadi palagan antar kepentingan. Panggung politik, industri politik berbasis utamakan keselamatan diri sendiri. argo politik, asumsi politis, kaca mata politik, kalkulasi politis menjadikan politik sebagai panglima. 3K (Kuas, Kuat, dan Kaya) menjadi berhala resmi. Ada DPR tandingan, ada . . . sampai jabatan karir di kementerian/lembaga yang dilelang serta jabatan struktural dipangkas agar mudah dikendalikan aliran Rp-nya.

Evaluasi tiga bulan atau 100 hari Jokowi-JK, tetap nyaring bunyinya, cuma denting dan dentangnya membuktikan keropos dari dalam. Nada suara sudah tidak harmonis. Banyak yang membuka kedoknya, topengnya. Banyak yang mempertontonkan watak aslinya, tidak perlu pura-pura. Bagaimana di tingkat provinsi, kabupaten/kota? Akan terjadi replikasi atau peniruan. Karena mencontoh yang di atas [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar