Halaman

Senin, 12 Januari 2015

Menyeimbangkan Sifat Manusiawi Dengan Tingkat Keimanan

Menyeimbangkan Sifat Manusiawi Dengan Tingkat Keimanan

oleh : Herwin Nur

Akhir tidur malam, satu jam sebelum azan subuh dikumandangkan dari masjid terdekat rumah, kita tersadar dari lelap. Merasa waktu subuh masih lama, tanpa pikir panjang ambil sikap memperpanjang mimpi. Jelang waktu azan subuh bergema, bawah sadar kita buka mata. Merasa waktu thulu’ atau batas waktu sholat subuh masih lama, tanpa pikir panjang pilih melanjutkan tutup mata. Atau andai berhasil bangun tidur, jika tergesa-gesa atau terburu-buru ke masjid (yakin laku tergesa / terburu adalah perbuatan setan), lebih aman sholat subuh di rumah.

Uraian di atas, menunjukkan sifat manusiawi kita. Logis, masuk akal, tanpa rekayasa jiwa, batin maupun rohani.  Apa hubungan timbal balik, korelasi, interaksi, keterkaitan dengan batas, kadar, ataupun tingkat keimanan.

Kita merasakan manfaat tidur di malam hari. Al-Qur’an menjelaskan waktu malam dan tidur, antara lain kita mengacu fiman Allah yang diabadikan dalam Al-Qur’an [QS Al Furqaan (25) : 47] :  Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha”.

Wajar jika kita memahami tidur malam untuk istirahat. Kerja sehari memeras otak, menguras tenaga, butuh pemulihan diri. Tidur malam adalah waktu yang digunakan tubuh untuk memulihkan diri. Energi dipulihkan dan memori dipadatkan, jadi kita perlu pola tidur yang bermanfaat, bukannya mengadalkan lamanya jam tidur. Kalau perlu, mencoba untuk mendapatkan tidur yang teratur secara rutin. Tidur malam menyempurnakan proses pencernaan makanan yang telah masuk ke dalam tubuh. Karena pada waktu tidur, panas alami badan meresap ke dalam tubuh sehingga membantu mempercepat proses pencernaaan. Otot dan jaringan akan memperbaiki diri, hormon mengontrol pertumbuhan, perkembangan dan nafsu makan dilepaskan.

Soal tidur malam, terkait sifat manusiawi, idealnya kita mengacu fiman Allah yang diabadikan dalam Al-Qur’an [QS As Sajdah (32) : 16] :  Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan”.

Yang dimaksud ‘Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya adalah mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam.  Jika uraian di atas, tepatnya mengacu berbagai ayat Al-Qur’an tentang waktu malam dan tidur, kita sudah bisa mengelola sifat manusiawi.

Saat umat Islam melaksanakan habluminannas, saat melakukan ikhwal manusia sebagai makhluk sosial dengan interaksi sosial, mempraktekkan hidup bermasyarakat, seolah terjebak dikotomi, menghadapi pilihan yang dilematis, yaitu mana yang diutamakan, sifat manusiawi atau tingkat keimanan.

Contoh nyata di lingkungan tempat tinggal. Kita diundang keluarga duka untuk melakukan doa bersama bagi almarhum/almarhumah. Baik di hari pertama, kedua, ketiga atau tiap hari sampai tujuh hari. Kita datang dengan berbagai motivasi. Kaum hawa yang datang pun, malah lebih motivasinya. Mendadak berbusana muslimah, mirip ke kondangan atau arisan ibu-ibu.

Tetangga atau tamu yang diundang, lebih suka duduk menggerombol dengan yang dikenal, yang sudah akrab. Membuat acara sendiri. sebagai ajang silaturahmi, sebagai ajang reuni. Soal tahlilan yang dipimpin ustadz lokal, pengikutnya seolah khusus bagi kaum sarungan, yang sudah bergelar haji, yang sudah hafal surah Yaasiin, jamaah masjid, pengurus lingkungan, tokoh masyarakat, orang yang sudah tua.

Sifat manusiawi bisa untuk diri sendiri, yang bersifat pribadi, privat, individual. Sifat manusiawi bisa bersifat masal, dalam bentuk komunitas, terorganisir dan menjadi budaya dan kearifan lokal. Daya tanggap, peduli, peka, bahkan empati dan simpati terhadap sesama, terhadap orang lain, terhadap lingkungan, sebagai wujud sifat manusiawi, dilandasi tingkat keimanan.

Tingkat keimanan, jika hanya bersifat individual bagaikan sebatang lidi. Akan lebih bermakna, lebih bermanfaat jika menjadi sapu lidi. [HaeN]





Tidak ada komentar:

Posting Komentar