Senin, 15/01/2007 08:43
PARTAI GOLKAR DAN TURUN
GUNUNG
Berbekal pengalaman
masa lampau, seseorang akan lebih berhati-hati untuk mengulang perbuatannya.
Pengalaman adalah guru yang bijak. Pengalaman sebagai presiden atau apapun
sebutannya, menyebabkan Bapak Pembangunan H.M. Soeharto bisa melenggang sebagai
pemenang tunggal dalam pemilu 6 (enam) kali berturut-turut.
Golkar sebagai
penggiring dan pengiring, sampai menjelma menjadi Partai Golkar (PG), jelas
akan muncul dalam pemilu dan pilpres 2009 dengan segala tujuannya. Minimal akan
mendulang ulang zaman keemasannya semasa Orde Baru. Zaman selalu berubah dan
tak akan terulang. Sejarah hitam putih yang dikantongi PG menyebabkan mereka
dewasa dalam hal boleh tidaknya menentukan nasib, lepas dari kungkungan dan
pelukan orangtua. Hidup mandiri tanpa dikebiri.
Konflik internal PG
sebagai cara untuk menyingkirkan saingan potensial. Yang punya nyali, atau
strategi terselubung komandan PG, boleh membuat parpol tandingan. PG berkembang
bak gurita pemakan segala. Hanya satu hal yang tak diperhitungkan, atau sudah
diprediksi dan sudah menyiapkan antibodinya. Semakin mereka merangkul tokoh
potensial untuk dijadikan kader PG, semakin banyak dan panjang antrian menuju
kursi.
Kumpulan kader selain
membuka persaingan terbuka, juga akan menampakkan siapa yang belang tiga, siapa
yang bak kader dalam karung, dsb.
Masyarakat dan rakyat
kebanyakan yakin, nantinya, tidak hanya berharap adanya satria piningit.
Jelasnya akan ada satria turun gunung. Bisa tokoh muda. Bisa tokoh tak
diperhitungkan. Bisa juga suatu tatanan yang tak permah dirumuskan akan muncul.
(hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar