putri baliho tumbang, patah arang, pulang kandang
Konstélasi politik didominasi hiruk-pikuk
aksi lari di tempat parpol penguasa. Jumawa sang petugas partai lagi naik daun, kaping pitu. Kaderisasi
lebih bersifat memoles puteri mahkota. Magang jadi menteri senior periode pertama.
Menanjak menduduki kursi ketua legislatif periode kedua.
Senyampang agresi
covid-19 menerpa nusantara, ybs tanpa sungkan, tanpa risi, tanpa malu-malu pasang baliho. Agar rakyat kian paham ada “penyakit politik”.
Fakta bicara, pencapresan bakalan kaping
wolu muncul nama bukan dirinya. Disalip petugas partai setingkat gubernur.
Maka terjadilah yang seharusnya terjadi sesuai
kadar“penyakit politik”. Tiwas mbaliho, emak wasit wis duwé bakalan dhéwé. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar