paham setelah kelewat paham
Gaung, gema, gelora suara dasar negara
masuk telinga kanan penyelenggara negara. langsung dismash balik.
Agar tidak mengkontaminasi indra tanggap suara rakyat. Merasa rumusan sila-sila
sudah masuk bahan baku kampanye politik. Kurang apalagi vs apalagi kurang.
Ikhwal substansial esensial tradisional yang berbasis
kelokalan tidak perlu dikontradiksikan dengan pasal modernitas, kekinian atau
tantangan dan kebutuhan zaman. Rumusan dari tanah kembali ke tanah, tak akan
lekang oleh laju peradaban zaman
Generasi bau tanah, generasi usia parade senja sampai kawanan bangkotan.
Cerdas diri masuk jajaran gagal paham. Bukan pengamat banyak.
Serba merasa bisa. Pegang pisau serutan pensil, sudah bisa cerita karya
hasta-karyanya.
Aneka kasus yang melegenda global sampai legenda lokal tutur tinular. Orang
dan atau manusia dengan sisi kemanusiaan, ada yang belajar dan ambil sikap
bagaimana hidup di dunia. Sisanya, model gila dunia. Andalkan rasa optimis
sesuai aliran keyakinan, kepercayaan secara akal sehat.
Tidak asa pihak, kelompok, kawanan mana yang disasar. Entah modus atau
bukti generasi bagimana yang dimaksud. Masih ada kaitan dan ikatan
historis dengan frasa ‘satu data ramai-ramai’. Anak jalanan tahu lokasi
gerai gawai, gadget. Tahu siapa pemasok rokok di kios pinggir jalan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar