histéria jelang ambang bawah
Penamaan
generasi, sebagai bukti kehendak sejarah nusantara, bahwasanya éfék domino éra mégatéga, menjadikan apapun yang
bagaimana pun bisa terjadi. Generasi medsos menjadi pelaku, saksi
sekaligus korban.
Pengalaman hidup selama pasca
reformasi yang bergulir bebas dari
puncaknya, 21 Mei 1998, menjadikan anak bangsa tahan banting. Kendati
“memajukan masa depan vs melambatkan masa kini” menjadi ciri utama generasi
medsos, bukan masalah.
Wong Jawa punya
ramuan, resep, racikan, rumus tradisional untuk menjaga stabilitas adab bernusantara.
Dikenal dengan falsafah perhitungan: babat, bibit, bobot, bebet. Bahkan nama
orang bisa menunjukan peruntungan.
Sejatinya, kata
hati, kalbu, hati nurani, hati kecil kita, jika kian diasah akan semakin peka.
Menjadi pedoman diri saat menghadapi
pilihan. Jalan kehidupan tak selamanya lurus, mulus. Ada tanjakan menghadang.
Tak kurang belokan, kelokan. Di persimpangan, jika tidak tahu peta kehidupan,
sulit menentukan arah dan rute pilihan. Cara
sederhana, simpel, pakai alternatif jalan yang minimalis risiko.
Masyarakat penjunjung tinggi peradaban
bangsa, berniatan tetap mempertahankan tata moral berbangsa dan bernegara. Menjaga eksistensi pranata plus tata sosial moral politik secara
turun-temurun. Pewarisan peradaban lokal melalui berbagai cara, jalur
maupun media. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar