parpol penguasa, padhajayanya magabathanga
Subjudul
kedua mencuplik “hana caraka”. Soal wangun ora wangun. Begitulah guna bahasa. Pemirsa di
luar sana, paham dan tanggap narasi yang tidak bisa dibiarkan. Tempat kejadian kasus, tidak masalah. Semakin diuraikan,
bahasan semakin cemplang. Dibumbui fakta selaku contoh akurat, sahik. Kalau
sudah tradisi, tidak layak berbantahan.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar