diri ini, jangan kau manjakan dan atau jangan kau forsir
Aspek kesehatan bukan
merupakan faktor pertimbangan utama. Semua berpulang kepada status riwayat
kebugaran ybs. Tidak ada jalan tengah, sama-sama enak. Bukan harga mati.
Kendati banyaknya sendi tiap manusia sama. Asupan gizi kemanusiaan menjadikan daya
tahan dan pertahanan diri ini di atas rata-rata manusia normal. Mental kejiwaan
seseorang tidak identik dengan postur tubuh. Potensi lelaki kekar mampu
bersuara melankolis terbirit-birit.
Wong lanang kerémpéng
punya stamina tidak bisa dianggap énténg. Kuat angkat junjung bahan bangunan. Ahli
panjang petik pohon kelapa. Sakitnya cuma penyakit rakyat, “ora nduwé duit”. Pegal badan diatasi
dengan minum wédang jahé geprèk, hangat. Dibuat sibuk diri, penyakit kerakyatan
minggat. Tetap lapar itu perkara bawaan sejak lahir. Semua wong-urip merasakan.
Gaya hidup
santai-santai. Mana mungkin manusia nusantara klas rakyat jelata, strata rakyat
tapak tanah, lapis rakyat papan bawah mendapat anugerah guru besar kehormatan.
Ketiban rezeki gelar doctor humoris causa.
Format manusia politik “nafsu
garang tenaga kurang” menjadi ciri wanci kebangsaan partai politik pendominasi
parlemen. Balutan sebutan petugas partai, boneka politik menambah fakta “manusia
tak tahu dimanja”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar