kalau tidak berdengung bukan parpol saya
Zaman tipi hitam-putih. Acara
“bina vokalia” asuhan prananjaya, favorit remako (remaja kolot). Tak pakai
heran jika generasi teranyarkan pandai berlagu, berlagak. Sejarah sendiri
terkadang mendaur ulang kejadian lawas, lama, usang. Menyesuaikan zaman dan tantangan
adab bernusantara. Pelaku utama tergantikan anak cucu kronologis. Modifikasi skenario.
Agar beda tetapi banyak kemiripan. Model kanibal kejadian di bawah satu
kendali. Pola oplosan untuk tetap menjaga eksistensi pelaku utama. Pakai potret
negatifnya atau klise.
Parpol
buram karena klasifikasi multipartai. Tak kurang akal agar tetap tampak bak manusia
berakal sehat. Tidak punya nilai jual tapi
mampu beli, bayar, barter pesohor. Didapuk jadi oknum ketua umum.
Pemimpin bangsa model
beginian, ombyokan, borongan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar