Halaman

Selasa, 07 November 2017

sistem pilkada serentak, bayar tunai di tempat vs tidak terbukti uang kembali



sistem pilkada serentak, bayar tunai di tempat vs tidak terbukti uang kembali

Publik tidak merisaukan soal fakta apa dan bagaimana dampak, efek, impak pilkada serentak. Karena bangsa kita memang lebih fokus, mengutamakan sukses pesta demokrasi, khususnya pilkada serentak, daripada sukses praktik demokrasi selama satu periode,

Soal berapa biaya penyelenggaraan pilkada serentak, bukan konsumsi rakyat. Apalagi, terlebih seberapa kecil biaya politik, seberapa jauh investor politik ikut main, tak layak dipublikasikan. Namun ada saja media massa komersial yang menjadikan bahan dialog, diskusi dan debat tak berujung pangkal.

Pilkada serentak 2018, memang dibilang bak bola liar, karena terjadi di tahun politik. Sangat menentukan peta politik di pemilu legislatif dan pilpres serentak 2019.

Aroma irama syahwat politik bebas bergerak tak beraturan. Pemain lama, lawas, kawakan, bangkotan tak mau kalah. Saling libas dalam lipatan. Saling libas, baku bin baku, menjadi tindak legal.

Uang yang bicara di ajang pesta demokrasi. Wajar dan manusiawi. Negara sedang, akan, selalu berkembang. Seolah jabatan publik ada tarifnya. Masuk urutan jadi atau nomor unggul di internal parpol, sebagai bakal calon wakil rakyat pun, tidak gratis.

Mana ada manusia politik, mulai oknum ketua umum, kader keluarga sampai relawan yang masuk kategori miskin. Tak pandang gender, pendidikan dan ukuran sepatu, baju.

Menu cepat saji mengilhami modus biaya politik, mahar pilitik dan sejenisnya yang hanya diketahui oleh sang pelaku. Tidak ada di kamus politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar