Halaman

Sabtu, 18 November 2017

Perubahan vs Berkemajuan



Perubahan vs Berkemajuan

Ekonomi Indonesia maju!

“Sopir angkot tak merasakan. Penumpang berkurang karena gojek. Utamakan setoran. Sisanya dibawa pulang”, ujar sopir angkot C05. Saya duduk di samping pak sopir yang perutnya nyaris menyentuh stir.

“Kosong!”, teriaknya jika berpapasan dengan sesama angkot.

“Nggak usah nunggu, ayo” sambil tangannya memberi isyarat agar maju saat menyalip angkot yang ngetem.

Liwat SMA masih di Jaksel, berbatasan deng kota Tangsel, sopir gojek mangkal. Bikin geleng kepala sopir angkot yang saya tumpangi.

“Katanya negara hukum, koq masih ada koruptor”. Banyak ujaran yang keluar dari mulutnya. Saya menjadi pendengar yang setia. Bilangnya, Indonesia butuh pahlawan bertopeng. Tugasnya “dooor” itu si koruptor, tak perlu pengadilan. Itu densus antikorupsi hanya untuk menutupi belang diri.

“Alhamdulillah . . .”, sukanya saat jelang kampus STAN ada beberapa mahasiswi menyetop. Mukanya tampak hepi, lucu, pas dengan postur tubuhnya.

“Doeloe, keluar masuk penjara baru jadi pejabat. Sekarang setelah jadi pejabat, baru masuk penjara”. Ada beberapa uneg-uneg.

Menarik ketika dia bilang kapan kita berubah. Harus dari atas, katanya. Kalau mulai dari dia, percuma. Jika semua sopir angkot mau berubah, bekerja menjadi apa. Tetap dengan angkot, penumpang semakin menyusut. Bertahan, jelang musim hujan bisa bertambah runyam kehidupan.

Kalau masih seperti ini, ganti presiden tak ada pengaruhnya. Partai yang ada cuma loyal kepada penguasa. Gak mau majuin bangsa.

Di Saudi, dia bilang pernah kerja di sana, pejabat tak dikawal atau minta didahulukan di jalan. Merasakan macet bersama rakyat. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar