loyalis
penguasa vs agen pelaku ekonomi
Perbaikan dan peningkatan makna,
hakikat sejarah oleh pelakunya. Maksudnya ada sistem yang sudah seolah jadi
tradisi. Bahasa pembangnan nasional, RPJMN menggariskan adanya manusia politik,
manusia ekonomi dan manusia sosial. Tanpa penjelasan apapun. Sebagai pertanda bahwa
mereka akan menjadi penentu jalannya republik ini.
Indikasi siapa yang paling unggul di
antara kelompok manusia dimaksud, sudah sejak awal sudah terdeteksi. Bahkan jauh
zaman sebelum sebutan tersebut diformalkan, sudah terjadi dengan nyata,
terang-benderang dan menerus antar generasi.
Efek domino sebagai negara
multipartai, muncul modus mégatéga oleh penguasa dalam menunjukkan jati diri,
pesona diri. Era mégatéga sebagai akumulasi serba multi. Bencana politik
mendera bangsa silih berganti. Sampai pemerintah bingung menentukan pihak mana
yang bertanggung jawab.
Trio manusia politik, manusia
ekonomi dan manusia sosial bukanlah secara serta merta berkoalisi, bersinerji,
bahu-membahu mempraktikkan Pancasila mulai dari nol. Berlatar belakang dari
kasta sosial, ekonomi atau pernik-pernik kehidupan jelas akan menimbulkan atau
efek dari ketimpangan, kesenjangan, ketidakmertaan kebijakan pemerintah.
Klimaksnya di periode 2014-2019 yang
didominasi dosa politik bawaan, noda politik warisan, makar politik sejak dari sono-nya,
maka apapun bisa terjadi dan selalu akan terjadi kendati petugas, pelaku,
pemain, penggilanya sudah berganti orang.
Terjadilah dosa jariyah. Jelas ada
pendahulu, pencetusnya sehingga dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Secara sadar
mengulang tindak dan dosa yang sama dengan modus lebih ajaib. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar