bonus
tahun politik 2018, gerakan anti-Pancasila vs kebijakan anti-Pancasila
Rakyat tak pernah dan tak akan
pernah membanggakan dirinya sebagai pelaksana Pancasila secara utuh, konsekuen,
dan menerus. Sejatinya sila-sila Pancasila merupakan perumusan dari kisah nyata
yang ada di masyarakat.
Kisah nyata lainnya, jauh waktu
setelah Pancasila dinobatkan, didaulat sebagai ideologi negara, maka pihak
penyelenggara negara mulai memainkan makna Pancasila sebagai senjata pelindung
diri.
Efek domino pembangunan melalui APBN
maupun ABPD yang diperkuat, diperkokoh dengan utang luar negeri, adalah semakin
memperbanyak pola, jenis kesenjangan, ketimpangan, ketidakmerataan.
Blusukan tematik kepala negara plus
kunjungan kerja wakil rakyat ke manacanegara, untuk meyakinkan diri sendiri,
bahwa di akar rumput tetap sejahtera lahir dan batin. Jauh dari konflik
kepentingan politik. Bebas dari tindak tutur atau saling fitnah, seperti yang
diperagakan oleh manusia politik papan atas.
Kisah nyata di periode 2014-2019
penguasa takut akan bayangannya sendiri.
Kisah ini masih belum tutup buku. Agar
tampak berwibawa di mata dunia, khsusnya di mata negara raksasa dalam jumlah
penduduk, maka dengan mudah dicetak kebijakan agar yang anti-Pancasila untuk
berpikir ulang. Karena pemegang hak paten “anti-Pancasila” yiatu yang karena kedudukan,
jabatan, pangkat menjadi jauh dari landasan atau rakyat.
Akhirnya dan memang selalu bahwa pusat gempa politik jauh
dari akar rumput. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar