semangat
kepahlawanan pribumi, bumiputera, inlander
Semangat merdeka, semangat
mempertahankan kemerdekaan, semangat mengisi kemerdekaan, semangat sekali
merdeka tetap merdeka, tetap menjadi ciri rakyat zaman penjajahan utawa
inlander, maupun kaum pribumi yang cinta tanah air serta kalangan bumiputera
yang rela bela negara.
Perjalanan sejarah bangsa dan
peradaban Indonesia,yang membutuhkan pengorbanan jiwa raga – para pahlawan dan
sosok pahlawan tak dikenal – yang tak akan surut dan tiada henti agar NKRI
tetap eksis, berdaulat dan mampu memampukan dirinya sebagai bangsa besar.
Semangat menikmati kemerdekaan oleh
anak bangsa, putera-puteri daerah, rakyat dari berbagai pelosok pojok
Nusantara, masih ada yang tetap berpijak pada jiwa pengorbanan. Namun tak dapat
disangkal efek domino cinta dunia, uber jabatan, kejar pangkat, raih harta yang
dikemas dalam wadah partai politik atau sejenisnya, menjadikan terjadilah
penjajahan oleh bangsa sendiri.
Ironis binti miris, mereka yang
semakin melek politik berbanding lurus dengan buta sejarah bangsa.
Ada oknum sampai kawan partai yang
alergi dengan sebutan pribumi, yang dianggap diskriminatif. Sebagai bukti
adanya pergeseran peradaban ke arah belakang, kembali ke zaman animism dan/atau
dinamisme. Mereka percaya pada tuah ideologi yang bisa mengenyangkan isi perut.
Paling tidak sejarah periode
2014-2019 mencatat betapa siapa yang menjadi lawan politik penguasa, wajib
dimusnahkan sejak dini. Berpikir tentang kinerja pemerintah secara apa adanya,
akan mendapat stigma melakukan tindakan yang tidak menyenangkan.
Perang kata di media, dipacu dan
dipicu oleh media massa yang ahli pengganda gosip dunia. Mereka menguasai
jarangan televisi, media cetak dan corong setan lainnya.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar