Indonesia
mampu memampukan dirinya sebagai bangsa besar
Kalau tidak ada aral melintang atau
kejadian luar biasa, maka bangsa Indonesia sebagai bangsa besar – secara geografis
khususnya populasi – akan adil, makmur dan sejahtera lahir batin.
Daya juang para pendiri bangsa yang
dilanjutkan anak cucu ideologisnya, semakin mengerucut bahwa adil, makmur dan
sejahtera sudah terwujud secara nyata. Hanya saja penikmatnya masih dari
golongan masyarakat papan atas. Minimal dari mereka yang berjuang bersama
menjadi penyelenggara negara, punggawa pemerintah dari unsur partai politik.
Pesta demokrasi yang terjadi adalah
ajang perebutan kekuasaan secara konstitusional. Yang berat justru pada saat
mempertahankan jabatan politik selama satu periode. Namanya politik yang identik
dengan berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya), memang menghalalkan segala
modus. Tampak nyata di periode 2014-2019.
Yang mana dimana daripada perubahan
kedua UUD NRI 1945, ada cuplikan : sebagai alat negara yang menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakkan hukum. Bagus di atas kertas. Di lapangan, fakta bicara lain. Bahkan
kejadian terjadi di luar akal, nalar, logika politik yang paling mendasar.
Bonus demografi, masyarakat ekonomi
ASEAN atau hal-hal lainnya, menjadikan bangsa Indonesia seperti kalah langkah. Padahal
banyak ahli atau yang berpenampilan ahli. Seperti tersaksikan di media massa.
Singkat kata, selama manusia politik
masih dalam komunikasi, koordinasi, kendali manusia ekonomi, maka sifat bangsa
besar Indonesia hanya sebatas sendiko dawuh. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar