Halaman

Senin, 20 November 2017

Modus Adu Domba Penguasa



Modus Adu Domba Penguasa

Konflik internal antar umat Islam, karena beda mazhab, beda dalil berdasarkan sunnah Rasul, sebagai hal yang wajar. Ada berbagai versi dalam ibadah, muamalah atau kegiatan amaliah. Menambah dinamika, bahwa agama Islam tidak memberatkan umatnya.

Pada kondisi tertentu, perbedaan ini memang menjadi titik lemah, titik retak semangat ukhuwah. Miris binti miris jika umat Islam sudah akrab dengan ideologi, politik seolah lupa ukhuwah.

Koalisi, kolaborasi, antar parpol Islam, di atas kertaspun susah dicari apalagi ditarik benang merahnya. Moral dan roh parpol adalah kepentingan, yang dalam praktiknya bersifat indiviudal.

Sejarah membuktikan, internal parpol Islam terjadi perang dingin, khususnya antara pendiri dengan penerusnya. Jebakan dogma bahwa ketua umum parpol identik dengan bakal calon presiden menjadikan friksi internal semakin nyata. Bahkan penentuan nomer urut bakal calon legislatif di tubuh parpol bukan hal yang mudah, apalagi gratis. Ironis, wakil rakyat yang belum habis kontrak, ikut pilkada. Pembantu presiden belum jatu tempo malah pilih ikut pilkada serentak. Dinasti politik pun terjadi di tubuh parpol Islam, dengan dalih regenerasi.

Akhirnya umat Islam yang tak terikat pada tubuh sebuah partai politik atau tak ada ikatan moral dengan organisasi kemasyarakatan, seolah menjadi sasaran empuk, sebagai pintu masuk menggoyang persatuan dan kesatuan umat.

Pemeritah atau penguasa seolah memanfaatkan konflik internal sebagai peluang. Tidak bertindak sebagai wasit, mediator, malah memfasilitasi. Pihak tertentu dengan sepengetahuan pemerintah melakukan tindak  mempolitisir perbedaan dalam tubuh umat Islam. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar