Efek
Domino Revolusi Mental, Bahaya Laten Komunis vs Bahaya Laten Korupsi
Modus operandi mégakorupsi – tak perlu survei, jajag pendapat, studi
banding ke luar negeri, blusukan tematik, maupun bayar ahli propaganda
pencitraan – sudah masuk lampu kuning.
Sejarah sudah meninggalkan catatan khusus, bahwasanya kenapa
musuh nyata rakyat seolah berlindung di bawah ketiak penguasa.
Sebut saja, anak cucu ideologis komunis tak aka nada matinya.
Pengalaman dua kali PKI memberontak di tahu 1948 dan 1965, menjadikan mereka
ubah modus operandi. Menyusup ke semua lini kehidupan ideologis anak bangsa,
putera-puteri asli daerah sampai generasi digital, yang seolah menjauh dari
nilai-nilai Pancasila.
Sejalan dengan gerakan senyap musuh dalam selimut oleh anak
cucu ideologis komunis , beban NKRI semakin bertambah secara sistematis,
terstruktur, menerusa oleh tindak korup.
Koruptor atau pelaku korup yang tertangkap, hanya
gambaran nyata puncak gunung es di laut bebas. Semua terjadi karena sistem
penggangaran mengikuti selera penguasa. Dukungan nyata maupun tersamar dari
kebijakan pemerintah yang merupakan rumusan kebijakan politik.
Ironis binti miris, yang namanya aparat penegah hukum
seolah mati kutu menghadapi sepak terjang tersangka korupsi maupun terpidana
korupsi. Sebagai negara berdasarkan hukum, maka hukum berlaku bukan karena
pelanggaran pasal. Tetapi lebih kepada siapa pelakunya. Semakin kaya, kuat,
kuasa tersangka maka pedang keadilan akan semakin tumpul. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar