pejabat
lebih dekat tindak khianat daripada rakyat
Jangan membayangkan sosok pribumi,
entah apa kata prfil menyangkut apa itu
definisinya, karakter, riwayat atau historisnya, sebaran di Nusantara serta
atribut lainnya.
Hebatnya, sosok rakyat yang bak
lidi, jika disatukan serta merta membuat aparat gerah, membuat pejabat,
penyelenggara negara bak duduk di kursi panas. Serasa ada gempa lokal, yang menggoyang
wibawa negara. Negara dalam keadaan siaga, darurat.
Negara alergi, antipati dengan
persatuan dan kesatuan rakyat. Sejarah memang sudah membuktikan, walau dari
aspek yang berbeda. Namun dengan tujuan dan sasaran yang tidak beda jauh.
Lempar batu sembunyi tangan, sudah
ketinggalan zaman. Maling teriak rampok, sudah tidak ampuh. Tampil bersih dari
tindak korupsi karena ada investor politik yang meghidupinya, masih lumrah. Jual
negara kepada pihak asing atau mendatangkan penjajah bangsa lain dengan
berbagai kedok kebijakan, ini baru sekedar info basa-basi.
Bangsa ini bukannya sedang lomba
panjat batang pinang. Mungkin mirip penguasa memanjat pohon cemara, dengan
anggapan semakin tinggi jabatan, semakin kuasa, semakin kaya, semakin digdaya. Karena
rombongan memanjat, rak terasa pucuk pohon sudah mulai tak tegak lagi. Seperti melambai-lambai
yang dikiras memanggil agar panjatan dipercepat. Padahal sudah mentiyung.
Terjadilah adu sikut, baku lutut. Karena
hanya yang kuat yang dapat mencapai puncak. Kejadian ini sudah lebih dari 60%
jarak tempuh. Penguasa, pejabat, penyelenggara negara semakin galak. Semakin mata
gelap. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar