Halaman

Kamis, 02 November 2017

pejabat lebih dekat tindak khianat daripada rakyat



pejabat lebih dekat tindak khianat daripada rakyat

Jangan membayangkan sosok pribumi, entah  apa kata prfil menyangkut apa itu definisinya, karakter, riwayat atau historisnya, sebaran di Nusantara serta atribut lainnya.

Hebatnya, sosok rakyat yang bak lidi, jika disatukan serta merta membuat aparat gerah, membuat pejabat, penyelenggara negara bak duduk di kursi panas. Serasa ada gempa lokal, yang menggoyang wibawa negara. Negara dalam keadaan siaga, darurat.

Negara alergi, antipati dengan persatuan dan kesatuan rakyat. Sejarah memang sudah membuktikan, walau dari aspek yang berbeda. Namun dengan tujuan dan sasaran yang tidak beda jauh.

Lempar batu sembunyi tangan, sudah ketinggalan zaman. Maling teriak rampok, sudah tidak ampuh. Tampil bersih dari tindak korupsi karena ada investor politik yang meghidupinya, masih lumrah. Jual negara kepada pihak asing atau mendatangkan penjajah bangsa lain dengan berbagai kedok kebijakan, ini baru sekedar info basa-basi.

Bangsa ini bukannya sedang lomba panjat batang pinang. Mungkin mirip penguasa memanjat pohon cemara, dengan anggapan semakin tinggi jabatan, semakin kuasa, semakin kaya, semakin digdaya. Karena rombongan memanjat, rak terasa pucuk pohon sudah mulai tak tegak lagi. Seperti melambai-lambai yang dikiras memanggil agar panjatan dipercepat. Padahal sudah mentiyung.

Terjadilah adu sikut, baku lutut. Karena hanya yang kuat yang dapat mencapai puncak. Kejadian ini sudah lebih dari 60% jarak tempuh. Penguasa, pejabat, penyelenggara negara semakin galak. Semakin mata gelap. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar