bonus
tahun politik 2018, rekayasa fitnah dunia vs dunia rekayasa fitnah
Bentuk resmi fitnah politik, dengan
mendayagunakan media massa berbayar, menjadi hak paten pemerintah di negara
manapun. Posisi dan peran strategisnya di atas hukum, sehingga pelaku fitnah
tidak bisa dipidana. Konten, isi, muatan, kandungan aneka firnah tak bisa
dijadikan bahan debat atau dikaji secara akademis. Sudah harga mati kawan.
Di NKRI, fitnah politik sudah
menjadi menu wajib bagi penguasa. Dalih menjaga wibawa negara, menjadi
kedaulatan politik luar negeri. Bisa dipakai di sembarang tempat, semua waktu
dan keadaan. Mempertahankan status periode agar tetap bisa sampai batas akhir
penyerahan kekuasaan.
Skenario fitnah politik buatan lokal
Nusantara, berlapis, berjenjang, dinamis dan kondisional. Bisa dipakai langsung
oleh antar penyelenggara negara yang merasa kedudukannya terancam dari dalam.
Barisan dalam negeri kurang
dipercaya asas loyal, patuh, taat, maka UUD NRI 1945 memberi peluang untuk
berkonsolidasi, berkonspirasi, berkoalisi dengan barisan asing. Asal tujuannya
untuk kepentingan tanah air, yang dikemas, diformat di tangannya.
Pasar bebas politik tahun 2018, senyum
politik melekat di bibir penyelenggara negara. Senyum pasangan, settingan yang
serba basa-basi atau sekedar senyum penghibur diri.
Bisa-bisa bisa terjadi dukun politik
berperan ganda. Media Indonesia, media Nusantara, media asing ikut aktif ambil
peran sesuai selera diri sendiri. Soal menambah duka politik rakyat, itu bukan
urusan mereka.
PR besar bangsa, seolah menjadikan
bangsa ini sibuk bersatu. Sukses Asian Games ke-18 mulai 18.08.2018 di Jakarta
dan Palembang. Nyata DKI-1 dan DKI-2 2017-2022 tak sesuai skenario penguasa dan
konspirasi politik tingkat tinggi, akan mempengaruhi skenario andalan
berikutnya.
Politik bagi hasil, sistem ijon, sudah
bisa ditarik mundur. Peta politik akan menunjukkan sumber gempa politik, akibat
pilkada serentak 2018. Masih ingat dengan olahkata : sistem pilkada serentak,
bayar tunai di tempat vs tidak terbukti uang kembali.
Kehendak sejarah akan muncul kutub,
bukan pro-pemerintah atau sebaliknya. Mereka membentuk kutub baru, hidup dari
kemelut bangsa. Mendapat keuntungan dari kedua belah pihak yang berlawanan,
bersaing di pilpres 2019.
Jangan sampai rakyat menenggak obat
penangkal bencana politik. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar