tidak ada agresi covid-19 pun sudah ahli kamar
Adalah bahasa Indonesia ternyata tidak sekedar
menunjukkan bangsa. Lebih daripada itu. Pengguna aktif bahasa Indonesia identik
dengan manusia tahu adab bermanusia. Bahasa tubuh selaku penjaga jarak atau
bersifat netral sesuai rambu-rambu lokal. Mulut terpejam rapat, mata yang
bicara. Daya tangkap radar lubuk hati menjadi kendali lidah.
Kamus bahasa terbitan kementerian menujukkan berbahasa tidak sekedar bagian Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Menjadi salah satu hari libur nasional. Bahasa persatuan nasional tanpa menciderai jasa bahasa daerah, bahasa lokal atu bahasa adat.
Beda pasal dengan politik nasional yang jauh dari fungsi pemersatu. Prestasi politik unggulan maupun umum, jamak petugas partai semua strata. Hanya berlaku dan bisa dirasakan di lingkungan internal. Hujan tak selamanya merata. Tergantung daya batin pawang hujan dan umpan pemikat hujan.
Hujan buatan tergantung partai politik yang terkonek langsung dengan pihak ketiga, multipihak. Cuma syarat nasional sesuai aturan pendirian, belum ada apa-apanya. Parpol menjadi tampungan aneka manusia bebal berkualitas lokal. Tapi daya jelajah karya tangan dan olah mulut, menembus peradaban bangsa sendiri.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar