profil kawanan politisi nusantara yang adil dan beradab
Padahal mau bilang cerdas, waras, bergas, tegas pada
sosok manusia politik, politisi sipil, kader parpol. Malah dianggap merendahkan
martabat. Melakukan tindak ujaran fitnah secara nyata, terang benderang. Strata
tertentu masuk pasal politik merongrong wibawa negara, penguasa. Melebihi pasal
pembunuhan karakter.
Kebijakan politik menetapkan penggunaan mobil / motor
listrik di ibukota negara pasca Jakarta. Kebijakan lingkungan hidup, pengurasan
bahan baku BBM, terpenuhi dengan seksama. Pertamina fokus urus. Selaju ini,
ganjil-genap tata moral, kode etik dan etika berpolitik, tergantung selera
oknum ketua umum. AD dan ART sekedar syarat administrasi dan dinamis sesuai
permintaan pasar dunia.
Istana restui pilkada serentak 2020. Pas lima tahun pasca
pilkada serentak 9 Desember 2015 (digelar di 269 daerah, terdiri dari 9 provinsi
untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, 36 kota untuk memilih Walikota dan
Wakil Walikota serta 224 kabupaten untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati).
Dalih sigap hadapi tantangan zaman dan tidak terlibas
laju peradaban bangsa sendiri. Kondisi ini berpengaruh pada pelaku pencari amal
politik nusantara. Apesnya, pengamalan pasal demokrasi multipartai memacu
memicu dimensi multikonflik plus konflik multidimensi.
Suratan takdir sejarah perpolitikkan nusantara, tak
begitu saja bisa lepas dari sistem partai politik internasional yang tersisa di
Tiongkok. Kedekatan bangsa nusantara dengan negara terbanyak populasinya. Bersyukur,
masih ada batas antar pihak soal urusan strategi sebar tebar ajaran politik. Berikut
pola pendekatan, landasan kultur berorganisasi, dan tipologi anggotanya.
Diperparah maupun diperarah dengan perbedaan yang bersifat cabang dalam memahami dan mempraktikkan AD dan ART atau kebijakan alias titah tak terbantah oknum ketua umum.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar