daya belanja rakyat vs daya obral penguasa
Bukan titik temu, titik
tolak bahkan titik terang problematik, problem dilematis bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pertambahan,
pertumbuhan populasi penduduk mengikuti deret hitung. Melonjaknya masalah
sesuai deret hitung.
Sistem perencanaan dan
praktik pembangunan nasional, secara sadar memunculkan sebuah pola pemiskinan
yang sistematis (sistemic empoorment) secara merata sesuai potensi
otonomi dan otoritas daerah. Termasuk terdampak pada sektor usaha kecil, industri
rumah tangga atau kegiatan ekonomi daripada menganggur.
Tata kelola sumber daya
alam dengan pendekatan peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi lokal. Tata
produksi penjamin ketahanan energi nasional (energy security) dan tata
konsumsi penjamin keadilan pemanfaatan sumber daya alam kini dan masa depan, di
atas kertas saja sulit dirumuskan.
Masalah klasik tapi
tetap bikin asyik. Negara tak memiliki daya dan nyali baik berwujud modal,
teknologi, dan manajemen dalam mengelola sumber daya politik dalam negeri.
Bahwa sumber daya politik
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, Namun kiranya, praktik
tata kelola yang ada, sejak dieksploitasi sebenarnya sudah tidak sepenuhnya
dikuasai negara. Sebaliknya, gugus kendali mutu ada di tangan operator, para
politisi dan pejabat birokrat. Degenerasi generasi tanpa bentuk, kontaminasi hutan
belantara politik nasional, konflik sosial, ketidakadilan politik serta korupsi
konstitusi menjadi agenda terselubung.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar