terpilih karena tidak ada alternatif
lain
Drama kehidupan manusia selaku makhluk sosial dan pemakan
segala menjadi amat kompetitif dan saling memangsa. Bermula, berawal klasik
persaingan mendapatkan SD favorit. Sistem
rayon atau kebijakan dadakan, menjadikan perebuatan bangku sekolah bak taruhan
nyawa plus masa depan.
Lebih daripada itu. Alumnus SMU atau sederajat, bersaing
uber PTN dan atau PTS favorit. Apa arti nilai atau angka kelulusan. Fakta lain,
faktor “X” yang bicara. Ironis binti miris. Anak bangsa pemilik nilai akademis
membaggakan. Ternyata kalau mau ikut laga bebas panggung politik nusantara. Kalah
modus dengan penyandang nilai akademis pas-pasan. Itulah hidup.
Tak perlu pakai heran bin takjub. Makanya, kawanan
politisi sipil yang mampu sukses politik. Jika tata susila, tata moral yang
berlaku, tak akan ada yang
terjerat pasal pidana. Terlebih pasal KKN. Soal OTT KPK, masih bisa pakai pasal
ganjil-genap “semua bisa diatur”. Pejuang partai identik pahlawan ideologi.
Kursi konstitusional sesuai hasil perhitungan akhir suara
pesta demokrasi.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar