Halaman

Kamis, 26 September 2019

sekali gebuk, dua tiga rakyat terkapar


sekali gebuk, dua tiga rakyat terkapar

Aksi simulasi, peragaan penuh reka-reka, adegan ulang maupun rekonstruksi. Jangan asal bidik, bebas terka, tebak untung-untungan tanpa perhitungan, main kira-kira. Diorama di museum adab peradaban di zaman pra-batu. Kendati batu mulia berserakan, tak ada satu pihakpun. Aman dari nilai ekonomis. Malah menjadi landasan injakan kaki tanpa alas.

Soal bentuk, warna, kekerasan belum ada laporan resmi pihak berwenang dengan pola cari muka vs setor muka. Cemerlang benda lebih dialihkan ke rekam jejak, karier, nasib peruntungan. Makna tersudut, manusia untuk sukses dunia harus berhati batu. Robot hidup.

Sejarah berulang dengan pola laku, modus watak yang lebih canggih. Beda pelaku. Pada umumnya memang begitulah fakta sejarah. Apalagi zaman pra-batu buaya ukuran raksasa masih bebas hidup.

Cicak di dinding, diam-diam merayap. Datang seekor buaya, prot langsung disemprot.

Diorama sesuai atau memperkuat judul, bukan satu-satunya ungggulan, andalan isi museum nusantara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar