otak politik boleh kosong asal . . .
Secara
spasial, jumlah penduduk miskin di DIY terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Pada
September 2018 jumlah penduduk miskin di perkotaan sebanyak 298,47 ribu orang
atau 66,29% dari total jumlah penduduk miskin di DIY. Jumlah penduduk miskin di
perkotaan cenderung relatif stabil dibandingkan September 2017, yaitu tumbuh
sebesar 0,03% (yoy). Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah
penduduk miskin di pedesaan sebanyak 151,78 ribu orang, tumbuh melambat
dibandingkan September 2017 sebesar -9,62% (yoy). Meskipun demikian, secara
persentase, jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih banyak dibandingkan di
perkotaan. Sebanyak 14,71% penduduk di pedesaan berada di bawah garis kemiskinan.
Adapun presentase penduduk miskin di perkotaan sebanyak 10,73% dari total
penduduk di wilayah tersebut.
Berdasarkan
ukuran Bank Dunia, tingkat ketimpangan di DIY tergolong dalam kategori ‘sedang’’.
Bank Dunia melihat ketimpangan pendapatan melalui proporsi jumlah pendapatan penduduk
yang masuk kategori 40% terendah. Bila proporsi kelompok ini lebih besar dari
17%, maka ketimpangan dapat dikategorikan rendah. Pada September 2018, proporsi
pendapatan penduduk dengan kategori 40% terendah sebesar 15,65%, lebih tinggi
dibandingkan September 2017 yang tercatat sebesar 14,85%.
Penguasaan
ekonomi di DIY masih didominasi oleh kelompok penduduk dengan kategori pendapatan
20% tertinggi. Proporsi penduduk pada kategori ini pada September 2018 mencapai
49,32%, melambat dari proporsi pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat
sebesar 50,96%. Peningkatan proporsi penduduk dengan kategori pendapatan 20%
tertinggi ini sejalan dengan lebih tingginya TPT angkatan kerja dengan pendidikan
tinggi pada Agustus 2018. Sementara itu, kelompok penduduk dengan kategori 40%
berpendapatan menengah proporsinya justru mengalami peningkatan, yaitu dari
34,19% pada September 2017 menjadi 35,03% pada September 2018. Idealnya
kelompok ini dapat meguasai kue perekonomian hingga 40%. Kenaikan pangsa perekonomian
pada penduduk dengan kategori ini menjadi salah satu penyebab membaiknya kondisi
Gini Ratio di DIY.
Secara
spasial, tingkat ketimpangan baik di perkotaan maupun pedesaan menunjukkan adanya
perbaikan. Hal ini ditandai dengan peningkatan konsumsi pada kelompok penduduk
40% terbawah pada September 2018 dibandingkan dengan September 2017. Persentase
pengeluaran kelompok penduduk 40% terendah di perkotaan dan pedesaan
masing-masing tercatat sebeesar 14,80% dan 20,66%. Dengan menggunakan standar
ukuran ketimpangan Bank Dunia, tingkat ketimpangan pengeluaran di perkotaan
termasuk dalam kategori sedang, sementara di pedesaan masuk dalam kategori
rendah. Sumber: “KE dan KR, DIY, FEBRUARI 2019”, BI. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar