garuda nusantara, paruh atau ujaranmu kian bengkok
Sehat bukan sekedar lawan kata dari sakit. Juga bukan
dalam skala medis, klinis maupun psikis. Sedekat itu, belum dirumuskan hukum
kesimbangan – berbanding lurus dan atau berbanding terbalik – yang melibatkan
lema ‘sehat’. Orang sehat belum tentu akan memproduk ujaran sehat. Malah jauh
dari upaya mempraktikkan tindakan sehat.
Pasien, pelanggan, pengguna, penikmat, pengunjung, tamu
RSJ bisa dari semua komponen manusia yang hidup di suatu bangsa. Paling populer
adalah petugas partai semua tingkatan. Semakin terlibat utang akibat biaya
politik tinggi, malah merasa waras. Andalkan barter politik.
Orang hanya melihat, semua dimulai dari 0 (nol). Start dari
garis awal, papan bawah, tangga pertama. Dari tiada menjadi ada. Pakai aturan
main sedikit demi sedikit, akhirnya banyak dikitnya. Budaya instan, jalan
pintas lazim dipakai di panggung politik. Tak pakai lama. Dikarbit, diorbitkan,
didongkrak, dipoles, dioplos, dikanibal bukan pasal aib. Kalau bisa pakai jasa
keringat orang lain.
Pada zaman manusia politik gigit besi atau dicokok lubang
hidungnya. Kacamata kuda menjadi kebesaran wajib. Utamakan kebijakan partai,
sudah usang. Sabda raja adalah hukum, sudah kedalu warsa. Konspirasi global,
skenario makro menjadi rujukan utama. Sejalan dengan daya tahan atau kontrak
politik duduk di singgasana. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar