Halaman

Senin, 24 Maret 2014

Pendidikan Politik Buat Yang Melek Politik


Kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat jika disimak dengan kaca mata politik, komentar apa pun sah dilontarkan. Begitu juga sebaliknya, andai hiruk-pikuk panggung politik ditakar dengan kaca mata moral, kritik menghardik pekerja politik tak tergelitik.

Kampanye pesta demokrasi lima tahun sekali yang diberitakan penuh pelanggaran, wajar berebut simpati dan empati. Mau ajak kakek neneknya, anak cucu, mboyong tetangga satu RT, mengerahkan anak SD tidak melanggar pasal kepantasan. Kampanye jalanan, di lapangan, di pasar, model turba (turun ke bawah), kerja bakti massal atau mendadak peduli, peka dan tanggap terhadap nasib anak bangsa sebagai bumbu penyedap.


Hak sipil dan politik rakyat pemilih hanya menggunakan hak pilihnya. Pasca pemilu, rakyat hanya sebagai selilit demokrasi, sebagai debu di mata. Jadi, tepatnya, pendidikan politik justru diterapkan bagi oknum yang akan terjun di panggung politik. Sehingga mereka, khususnya yang akan menyandang gelar wakil rakyat yang terhormat, penyelenggara negara yang bermartabat, tahu betul seberapa banyak haknya dan seberapa besar kewajibannya [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar