oleh : Herwin
Nur
Nomenklatur organisasi perangkat daerah yang bermuatan lokal yaitu
Biro Administrasi Pembangunan Dan Kerjasama Rantau, terdapat di pemprov
Sumatera Barat, sejarah memang telah membuktikan kontribusi perantau.
Kontribusi Orang Awak tidak sebatas
pada kampung halamannya saja, bahkan Nusantara, a.l dengan gelar Proklamator.
Dominasi jiwa dagang, banyak perantau
Minang yang sukses di pulau seberang atau negeri orang, saat mudik geliatkan
dan gairahkan sektor riil. Imbas semangat otonomi daerah, 15-20% APBD Kabupaten / Kota yang dapat digunakan
untuk Belanja Publik, sedangkan sekitar 80% untuk Belanja Pegawai. Kemampuan
Pemerintah Daerah membangun ranah Minang untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat hanya 1/3 sedangkan 2/3 kebutuhan lainnya butuh dukungan pihak
ketiga yang salah satunya potensi perantau (data angka dari “Kekuatan
Perantau Minang Dalam Membangun Kampung Halaman”, Erpindo, S.Kom, Jumat, 28
Juni 2013).
Strata Pemudik
Evolusi motivasi pemudik di bulan Ramadhan yang semula jadi ciri
khas pembantu rumah tangga (kerja di kota balik ke tempat tinggalnya, di desa),
meningkat dilakukan oleh pembantu presiden. Bahkan tradisi budaya dan ritual
religi mudik 1434 H seolah menjadi wajib.
Strata kelas menengah semakin bertambah, mulai dari bawah. Mereka
adalah generasi muda atau bahkan anak-anak yang tidak mengandalkan pendidikan
formal, karena himpitan dan tekanan hidup, berjibaku dengan kerasnya hidup
menjadi produktif.
Ada juga kelas menengah yang berasal dari mereka yang mengandalkan
potensi sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Sertifikasi guru mendongkrak
kemampuan finansial, berbagai jabatan fungsional menjadi profesi yang dilirik
dan diminati.
Bank Dunia mendefinisikan kelas menengah adalah mereka dengan pengeluaran
harian per kapita antara US$2 hingga US$20. Namun, kelas menengah Indonesia
masih didominasi kelas menengah rendah, yaitu mereka yang pengeluaran harian
per kapita sebesar US$2–4.
Aliran
Rupiah
Arus manusia balik kampung identik dengan aliran uang ke tanah kelahiran
yang dibelanjakan atau sebagai investasi. Walau bersifat setahun sekali, jangan
lupa para perantau, bahkan yang sampai mancanegara sebagai TKI tiap bulan kirim
uang ke keluarganya.
Kemana dan untuk apa aliran uang mengendap, apakah berumpan balik
dengan kesejahteraan saja, atau bisa ikut memakmurkan lingkungan desa/kelurahan
atau kabupaten/kotanya. Peran pemerintah kabupaten/kota dalam mengantisipasi
potensi perantau/pemudik sangat dibutuhkan, sebagaimana pemprov Sumbar berikut
pemkab/pemkot telah melakukan tindakan nyata.
Jakarta sebagai pemasok aliran Rp yang dibawa pemudik, mulai dari
birokrat sampai PKL atau pedagang di pasar tradisional. Para pekerja/buruh yang tidak mudik, merasa keberatan dengan cuti bersama karena
mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat tunjangan tidak tetap, uang lembur,
ataupun uang transportasi.
Kisah
Sukses
Provinsi Jawa Barat dikenal sebagai pemasok TKI terbesar di
Indonesia (5 kabupaten
menjadi daerah pengiriman TKI terbesar yaitu Cirebon, Indramayu, Subang,
Cianjur dan Sukabumi), kisah
suskesnya bisa dilihat pada dibangunannya rumah tinggal yang lebih baik dari
sebelumnya. Kisah sukses TKI mungkin tak sebanding dengan kisah derita di
negeri orang lain. Perjuangan TKI tidak sekedar jiwa raga, bahkan kehormatan
diri dan bangsa jadi korban. Kisah sukses pahlawan devisa sangat beragam, semua
tergantung dari orangnya.
Jabar sedang dalam proses membuat peraturan daerah, dengan muatan antisipatif
antara lain perlindungan anak-anak TKI.
Pemberdayaan bagi TKI pasca kontrak di mancanegara, sehingga mereka mempunyai
perencanaan yang baik dalam pengelolaan keuangan dan keterampilan yang baik. TKI
yang terbiasa digaji dengan standar Dolar, akan malas jika kerja di kampung halamannya
dengan standar Rp.
Di sisi lain Jabar sebagai kota tujuan menuntut ilmu perguruan tinggi, jika mudik
masal maka tempat kos anak kampus bisa lengang. Pekerja/buruh lokal mempunyai
daya finansial yang patut diperhitungkan.
Saran
Strategi
pemberdayaan potensi perantau dengan komunikasi dua arah, antara perantau
dengan masyarakat serta pemerintah daerah dalam menjaring kebutuhan dan
kemampuan nyata desa/kelurahan.
Optimalisasi
dan penguatan pelayanan satu atap tenaga kerja luar negeri yaitu Balai
Pelayanan Terpadu Tenaga Kerja Luar Negeri Jawa Barat, tidak hanya satu arah,
ditingkatkan dengan menginvetarisasi potensi perantau/TKI serta mempererat dan
mempertahankan hubungan antara pemkab/pemkot dengan perantau/TKI sehingga terus
terbangun komunikasi aktif dengan perantau.
Peran
aktif perantau/TKI dalam proses pembangunan Jawa Barat, baik dalam perencanaan,
dukungan dana maupun pelaksanaan. Perantau/TKI tidak hanya sebagai penerima
atau pengguna manfaat pembangunan [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar