Luka Lama
Orasi pembuka kampanye hari
ke-3 Partai Golkar (PG) dibuka dengan slogan bersentimen Orba (Orba). Ketua DPD
partai pohon beringin itu, Zainuddin mengatakan, kemenangan partai akan
menjanjikan kondisi bangsa yang lebih baik.
"Piye kabare? Penak
jaman ku toh (Apa kabarnya? Lebih enak zamanku toh)," kata
Zainuddin saat orasi politik kampanye putaran ketiga PG, di GOR Ciracas Jakarta
Timur, Selasa (18/3). (Republika.co.id Selasa, 18 Maret 2014).
Generasi
muda sebagai pemilih pemula pada pemilu 9 April 2014 karena usia 17 tahun,
lahir saat krisis moneter 1997, setahun jelang lengser keprabon jenderal
besar Soeharto dari kursi presiden RI ke-2 tanggal 21 Mei 1998. Sejarah panjang
Orba (1966-1998) tak lepas dari sepak terjang pak Harto. Pemilu 1971 sebagai
pemilu pertama Orba diikuti 10 partai politik. Melalui penyederhanaan jumlah
partai atau fusi parpol, 5 kali
Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 peserta tetapnya selalu tiga, yaitu
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan
Golongan Karya (Golkar).
Single mayority Golkar sebagai kendaraan politik pak
Harto bekerja sangat ampuh. Artinya, 1977-1998 bisa dianggap secara konstitusional,
yuridis dan politis yang menjalankan pemerintahan Orba adalah Golkar. Sejarah Orba didominasi akrobat dan manipulasi politik Golkar.
Megah
Wajar, kalau PG punya slogan tadi, karena
telah merasakan kenikmatan dunia dengan bermegah-megahan dalam soal banyak
harta, anak, pengikut, kemuliaan. Kelebihan pak Harto selain memanfaatkan
Golkar adalah memilih, memilah dan mengangkat orang-orang pandai menjadi
pembantu presiden. Jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi
Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan
pemerataan pembangunan sebagai bukti pemikiran pembantu presiden yang
pilihan/pandai.
SBY malah dibodohi oleh orang-orang yang tidak bodoh di partainya sendiri.
Ketua umum, bendahara umum dan petinggi Partai Demokrat (PD), menteri dari PD, wakil
rakyat dari PD, tanpa malu dan tak ragu melakukan tipikor. Tingkah koalisi
parpol dan ulah parpol oposisi banci, menjadikan kehidupan politik Reformasi
tidak lebih baik dibanding zaman Orba.
Golkar menjadi pabrik pejabat negara,
pejabat publik bahkan sampai segala dan semua urusan akan lancar dengan
‘restu’nya. Seragam baju hijau yang menjadi pertahanan dan keamanan negara
jiwanya menjadi ‘kuning’ dan mendapat jatah di parlemen.
Kebijaksanaan massa mengambang (floating mass) Orba didasari premis
bahwa rakyat harus dipisahkan dari politik, sehingga PPP dan PDI hanya berhak
mempunyai pengurus sampat tingkat Dati II (sekarang kabupaten/kota). Otomatis
kelurahan/desa menjadi hak milik Golkar.
Di era Reformasi
ternyata rasa bangga akan berhala Reformasi 3K (Kuasa = besarnya
pengaruh, Kuat = banyaknya pengikut, dan Kaya = melimpahnya harta),
menimpa semua parpol. Belajar dari sejarah Orba, kita simak seruan Allah dalam [QS
At Takaatsur (102) : 1] : “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” serta sebagian [QS Al Hadiid (57) : 110] : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,”
Dampak bermegah-megahan (mencintai
kehidupan dunia) tidak hanya lalai dalam melaksanakan ketaatan. Bagaimana kalau
kita masuk kategori orang-orang yang lalai? Kita simak lanjut sebagian [QS An Nahl (16) : 108] : “Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan
penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang
lalai”. Kita berharap selalu mendapat petunjuk dari Allah, dengan
menyeimbangkan kehidupan dunia dengan urusan akhirat (utamakan urusan dengan
Allah).
Jangan Golput
Menghindari terulangnya tindakan kesalahan yang sama, dari pemilu ke pemilu
dan pilpres, umat Islam khususnya generasi muda dengan pemilih pemulanya, tetap
melaksanakan hal pilihnya. Gunakan pilih dengan memilah dan memilih calon wakil
rakyat yang amanah.
Kita
tidak punya ikatan moral dengan wakil rakyat dan presiden jika bermasalah,
karena kita tidak memilihnya alias golput. Kepedulian kita terhadap wakil
rakyat/parpol dan presiden yang kita pilih, menjadi landasan moral kekuatan
bangsa [HaeN].
----------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar