tiada tempur, jangan campur baur adab kerakyatan
Ibu rumah tangga njawani, beli beras dibilang “nempur beras”. Mungkin zaman belum laku dalil beli beras bisa literan dan atau kiloan. Moda transport umum didominasi becak kayuh. Oknum penempur, kebutuhan beras untuk satu bulan. Meleset jika ada keluarga bertandang atau pihakan yang inap. Jarang bisa tersisa agak terasa. Patokan tanggal muda, sekalin beli kebutuhan dapur bulanan.
Ekonomi makro, ekonomi global menentukan kebijakan dapur keluarga tradisional, dapur rumah tangga konvensional. Ketersediaan beras melebihi kebutuhan perut anak bangsa, pola gizi seimbang. Pasar bebas dunia menentukan nasib nili jual penguasa nusantara, tiada nilai tawar untuk terima limpahan beras negara asing. Efek barter politik.
Alat negara (jangan baca buru-butu adalah TNI plus Polri), merasa wajib dengar suara kata hati rakyat. Kuping perlu didekatkan, dirapatkan ke bumi pertiwi. Bukan andalkan laporan formal media massa arus utama. Bukan perkuat barikade tempur. Penyelundup beras illegal – bisa-bisa antar pulau – tunggu munculnya di Pos Kota. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar