adab bernegara semangkin balik adab
Kasus dimaksud tak seberapa kerapannya. Awak media massa asing arus bebas bahkan tak sanggup melacaknya. Kantor berita nasional nusantara tidak pernah angkat analisis praktis. Kehidupan harian penyelenggara negara berjalan normal berkenormalan tanpa berita miring (minuman ringan) apalagi miras (minuman keras). Cadangan moral politik masih aman, utuh dan siap dioplos.
Namun kiranya jangan langsung girang bukan kepalang. Justru pelaku utama selaku penentu nasib bangsa dan negara. Tidak perlu pakai habis pakai kendaraan politik, alat politik buat memperalat negara. Sistem praktikan demokrasi multipartai berbasis prinsip bebas saling libas, aktif mengintimidasi plus agresivitas jaga martabat pantat penguasa.
Kadar loyalitas loyalis penguasa setara tinggi kursi, selama lama masa jabatan, sesuai asas timbal balik pengabdian atau perbudakan politik modern.
Indeks demokrasi multipartai, indikator politik sehat sejahtera, angka kepercayaan penduduk plus efektivitas, kemanfaatan perasan serapan sila-sila dasar negara menunjukkan kurva dinamis tiada banding dibandingkan, disandingkan, ditandingkan antar sesama negara ASEAN.
Perhatikan ungkapan maknawi babat,
bibit, bubut, bebet, dan bobot kemanusiannya. Watak bersifat netral. Bukan
sebagai stigma atau konotatif. Dibedakan antara watak baik dan watak buruk.
Guyon maton wong Jawa sing isih njawani: “lara weteng bisa
ditambani, lara watek dienteni nganti mati”. Ungkapan itu
bermakna 'sakit perut dapat disembuhkan, tetapi kalau wataknya yang sakit, warasnya
hanyalah kalau ia sudah meninggal'. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar