jaréné-jaréné wong Jawa, kesempurnaan hidup vs kehidupan sempurna
Émpirisme yang mendasari wujudan filasafat Jawa tidak bertentangan dengan aspek berketuhanan. Kendati rumusan berketuhanan menjadi sila pertama dasar negara. Bahasa dan mata manusia merasakan semua berada dalam kesatuan dengan Tuhan. Seorang manusia terlahir sebagai makhluk sempurna. Tergantung ilmu berketuhanan kedua orang tuanya mau menjadikan apa.
Wajar jika terujar bahwasanya filsafat Jawa berketuhanan berarti ngudi kasampurnan (usaha mencari kesempurnaan). Pihak lain mengatakan dengan bangga jika filsafat Barat adalah ngudi kawicaksanan (mencari kebijaksanaan).
Jadi, sebatas jarak pandang bebas manusia, sebatas kemampuan mata manusia bebas menatap secara kasat mata. Itulah dan disitulah jalan kehidupan yang harus dilalui, ditempuh. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar