Halaman

Jumat, 16 Oktober 2020

hanya bisa dilakukan oleh pengangguran

hanya bisa dilakukan oleh pengangguran

 

Komen ahli di bidangnya, bidang perkomentaran. Ketika ybs melihat kegitan tim konstruksi renovasi, rehab, bedah rumah atau sebutan teknis sekmaksud setujuan. Masa corona malah bangun rumah. Jika ada pihak tanya, malah langsung buat pernyataan sederhana: “ditingkat . . . ?”. Wajar, karena mata tertambat pada posisi atap anyar.

 

Apapun pertanyaan atau pernyataan manusia tadi, mampir sejenak. Jawaban resmi standar: ”rumah masa depan . . . “. Saat kami berada di depan rumah. Membaca lingkungan selaku faktor penentu bentuk rumah idaman. Peninggian lantai berdasarkan ambang atas banjir lima puluh tahunan, 2007. Plus banjir kolosal bonus tahun baru masehi 2020.

 

Sepulang tim konstruksi, kami benahi sisa bahan bangunan. Paling asyik mensortir, mensensor puing urug. Seleksi sampah organik plus benda non-puing, non-tanah. Modal linggis untuk membongkar gundukan. Palu untuk menghancurkan puing. Seni terbangkit karena merasa jangan sampai nantinya lantai amblas atau air tanah naik akibat tekanan merata lantai. Dikerjakan diluar jam kerja tukang.

 

Sebagai catatan masukan informasi, tinggi plafond anyar 1,9 m di atas plafond bawaan KPR-BTN. Dinding batako pakai tulangan besi, dipertahankan. Tiap kamar punya atap sendiri. KM/WC digeser ke depan agar akrab dengan septictank. Kedudukan jamban tidak menghadap kiblat. Antisipasi penghuni agar tak antri mandi atau BAB khususnya, bangun 2 KM/WC. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar