Kemandirian dan Keamanan Pangan,
Dimulai Dari Daya Tahan Petani
Saking banyaknya pihak yang peduli pada urusan perut. Terjadi
tarik ulur kepentingan. Paling mencuat, antara yang mempertahankan utamakan
produk dalam negeri, tapi kalah formal dengan pihak yang mengatasanamakan
perdagangan bebas.
Bantuan presiden traktor tangan diyakini mendongkrak
produk padi satuan kwintal per ha. Dukungan irigasi menerus 24 jam, setahun
bisa panen tidak seperti biasanya. Pola tanam menjadikan panen raya membuat
pedagang melihat peluang.
Badan dunia urusan pangan aktif tindak turun tangan. Antisipasi
bencana kelaparan di negara non-agraris. Manusia nusantara, kendati sudah
sarapan ketupat sayur atau buryam, siang santap galon (gado-gado lontong)
ditunjang arem-arem. Nyamikan olahan berbahan dasar beras, penggoyang lidah.
Akhirnya, butiran-butiran nasi mampu mengganjal perut. Sebutir
beras ternyata mampu mempengaruhi, menentukan keseimbangan timbangan keadilan. K/L/D/I
yang langsung tindak turun tangan urus beras dan nasib petani.
Kendati organisasi tani tak bisa disebut, dihafal
satu-persatu. Nasib petani tergantung pada sebutir beras. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar