#saya nusantara, yang lain ngontrak
Tak ada yang salah,
bahasa menunjukkan bangsa. Cuma belum ada pasal yang menjelaskan kemampuan
berbahasa dengan bijak menunjukkan jiwa bajik. Simak, pasang kuping, sigap peka
radar hati, tangkap substansi yang dituturkan, diujarkan, bukan lihat siapa
yang punya mulut.
Pendayagunaan karakter
bangsa tidak bisa berangkat sendiri.
Ibu Pertiwi tanpa
diminta, selalu sedia setiap saat aneka menu karakter anak bangsa pribumi. Lengkap
dengan atribut kejiwaan. Bisa pesan model apa saja bebas uang muka. Diyakini,
pada saatnya , manusia dan atau orang asli nusantara menjadi probadi yang
mengandung karakter manusia seutuhnya. Senantiasa
bercermin diri atau merefleksi diri di sisa hidupnya.
Secara etimologis, kata
karakter bisa berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau watak (Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa, 2008: 682).
Sebuah pandangan mata
skala dunia, ideologi (niatnya berpolitik) ataupun gaya hidup manusia politik,
acap dikonstruksi maupun direkonstruksi oleh
rezim politik.
Pertarungan ideologis
nusantara mengadop, mengakomodir pola yang sudah ditinggalkan bangsa maju.
Situs purbakala
nusantara bukan sekedar dilestarikan. Direkayasa, didaur ulang, dikanibal, dimodifikasi dengan sistem demokrasi.
Sistem pemerintahan
tumpang sari, tumpang tindih lebih banyak dipraktikkan daripada pola monokultur.
Tak salah ‘nasakom’ jiwaku tetap bergulir dan mengalir di alirah darah anak
cucu ideologis. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar