Halaman

Minggu, 06 Oktober 2019

#saya nusantara, yang lain ngontrak


#saya nusantara, yang lain ngontrak

Tak ada yang salah, bahasa menunjukkan bangsa. Cuma belum ada pasal yang menjelaskan kemampuan berbahasa dengan bijak menunjukkan jiwa bajik. Simak, pasang kuping, sigap peka radar hati, tangkap substansi yang dituturkan, diujarkan, bukan lihat siapa yang punya mulut.

Pendayagunaan karakter bangsa tidak bisa berangkat sendiri.

Ibu Pertiwi tanpa diminta, selalu sedia setiap saat aneka menu karakter anak bangsa pribumi. Lengkap dengan atribut kejiwaan. Bisa pesan model apa saja bebas uang muka. Diyakini, pada saatnya , manusia dan atau orang asli nusantara menjadi probadi yang mengandung karakter manusia seutuhnya.  Senantiasa bercermin diri atau merefleksi diri di sisa hidupnya.

Secara etimologis, kata karakter bisa berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau watak (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 682).

Sebuah pandangan mata skala dunia, ideologi (niatnya berpolitik) ataupun gaya hidup manusia politik, acap  dikonstruksi maupun direkonstruksi oleh rezim politik.

Pertarungan ideologis nusantara mengadop, mengakomodir pola yang sudah ditinggalkan bangsa maju.

Situs purbakala nusantara bukan sekedar dilestarikan. Direkayasa, didaur ulang, dikanibal,  dimodifikasi dengan sistem demokrasi.

Sistem pemerintahan tumpang sari, tumpang tindih lebih banyak dipraktikkan daripada pola monokultur. Tak salah ‘nasakom’ jiwaku tetap bergulir dan mengalir di alirah darah anak cucu ideologis. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar