pembunuhan karakter vs
karakter pembunuh
Sibukkan diri
dengan sedikit iseng bebas pretensi. Simak berita terkait laga bola sepak
antara Persija vs Persib. Pesepak saat tanding memang serba saling. Kaki
tangan, pasang badan sebagai andalan. Belum ada evaluasi, bagaimana korelasi,
relasi, interaksi antara rebutan kursi dengan rebutan bola.
Pertandingan
usai. Tidak dengan halnya para suporter, fans, penggemar fanatik, bonek (bondo nekat), loyalis buta. Lanjut di
luar lapangan. Di luar stadion. Di jalanan. Lebih seru dan dramatis. Aparat
hankam bingung, khususnya pengayom masyarakat, mau berpihak siapa. Tidak bebas
main gebuk. Kejadian perkara lanjut masuk media massa.
Muncul tukang
ulas, analis laga – tepatnya tukang komen – yang merasa bisa main bola. Bahkan
merasa lebih cerdas, lebih cekatan, lebih cantik. Tak lupa memakai kata makian,
menyebut saudara lain jenis makhluk. Tak jauh beda dengan peolok-olok politik.
Tak tahu, tapi banyak buka mulut atau ujaran tertulis. Naluri kriminalnya jalan bebas.
Bedanya,
pendukungan kesebelasan tak berharap dapat jatah bola. Apalagi minta imbalan
atas jerih payahnya sebagai pendudkung. Pokoknya, asal tim daerah favoritnya
menang. Apalagi melawan musuh bebuyutan. Di kandang lawan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar