Halaman

Minggu, 27 Oktober 2019

pembunuhan karakter vs karakter pembunuh


pembunuhan karakter vs karakter pembunuh

Sibukkan diri dengan sedikit iseng bebas pretensi. Simak berita terkait laga bola sepak antara Persija vs Persib. Pesepak saat tanding memang serba saling. Kaki tangan, pasang badan sebagai andalan. Belum ada evaluasi, bagaimana korelasi, relasi, interaksi antara rebutan kursi dengan rebutan bola.

Pertandingan usai. Tidak dengan halnya para suporter, fans, penggemar fanatik,  bonek (bondo nekat), loyalis buta. Lanjut di luar lapangan. Di luar stadion. Di jalanan. Lebih seru dan dramatis. Aparat hankam bingung, khususnya pengayom masyarakat, mau berpihak siapa. Tidak bebas main gebuk. Kejadian perkara lanjut masuk media massa.

Muncul tukang ulas, analis laga – tepatnya tukang komen – yang merasa bisa main bola. Bahkan merasa lebih cerdas, lebih cekatan, lebih cantik. Tak lupa memakai kata makian, menyebut saudara lain jenis makhluk. Tak jauh beda dengan peolok-olok politik. Tak tahu, tapi banyak buka mulut atau ujaran tertulis. Naluri kriminalnya jalan bebas.

Bedanya, pendukungan kesebelasan tak berharap dapat jatah bola. Apalagi minta imbalan atas jerih payahnya sebagai pendudkung. Pokoknya, asal tim daerah favoritnya menang. Apalagi melawan musuh bebuyutan. Di kandang lawan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar