puncak acara nusantara, atraksi sisipan vs adegan
susupan
Drama
tanpa babak. Sejalan beredarnya waktu. Terjadi dua kejadian paralel. Bahkan lebih
dari dua keniscayaan.
Disimpulkan,
yang pertama tapi tidak utama. Agar kehidupan berjalan mulus, oleh Maha
Sutradara, sang pengatur lakon. Diadakan semacam penghubung, transisi, sambung
rasa. Semacam ujian yang langsung dirasakan hasilnya, akibatnya. Namun, bahasa dan akal manusia kurang mampu
menerima fakta ini.
Tak jarang,
pasal yang disebut atraksi sisipaan ini, justru diluar akal manusia dengan
segala tipu dayanya, menjadi faktor penentu stabilitas. Bak adegan film,
menjadi nilai jual. Daya tarik untuk meraih piala Citra.
Kalau disengaja,
dengan skenario pencitraan sekalipun, malah menjadi hambar. Terasa dipaksakan. Disusulkan
agar dapat kursi utama, minimal bangku cadangan.
Sebaliknya
atau arus kontra. Ada secuwil lintas perkara sekedar menampung aktor non-negara.
Maksudnya, ada sekuén khusus dan khusus
menampung pelaku yang katanya. Elektabilitas, popularitas, akseptabilitas
mengalahkan pemain lama.
Maka disediakan,
disamarkan beberapa saat adegan susupan. Bagi loyalis ybs, cukup menghibur. Idola,
pujaan emosi muncul, melintas, jual tampang. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar