Halaman

Rabu, 14 November 2018

Indonesia berubahlah, jangan risau risiko gemulai


Indonesia berubahlah, jangan risau risiko gemulai

Berubah tanpa daya adalah sekedar mengikuti proses pergantian waktu. Hitungan detik sampai hari. Bersifat alami. Ikut arus waktu. Duduk manis, pasif, tetap mengalami proses perubahan. Memperpanjang lelap malam, waktu terasa cepat. Menahan nafas, hitungan detik sarat berat.

Jika ditanya apa rencana sekarang, hari ini. Jawaban tipikal : ”sama, seperti kemarin”. Tidak salah, karena besok bukan milik hamba-Nya. Sabar dalam proses waktu, pasrah dengan keadaan, bukan berarti pasif.

Perulangan waktu, dari subuh hingga subuh hari berikutnya, nyaris tipikal. Berulang secara sistematis. Justru terjadi revolusi harian. Jika statis maka tubuh manusia akan keropos sel demi sel. Pertambahan usia dan atau umur, diikuti manajemen jiwa raga.

Akumulasi perubahan individu apa bisa berdampak pada lingkungan. Tentu bisa. Sebaliknya jauh lebih bisa. Manusia dengan segala daya upaya bahkan mampu merubah tata rupa bumi. Tanah dan air menjadi obyek kerakusan, keserakahan, ketamakan.

Perubahan yang terjadi pada manusia dan atau orang NKRI lebih diakibatkan pengaruh global. Penjajahan melalui kemajuan teknologi. Anak bangsa pribumi memang siap memakai produk asing. Merasa masuk klas dunia. Daya sensor psikologis yang berpusat di otak, kalah garang dengan invasi dan intervensi ‘barang baru’.

Sikap sigap siaga siap berubah ditandai dengan ramah investor. Anak cucu petani lebih memilih jalur sendiri. Deru traktor tangan bantuan presiden, seperti tanpa dampak sesuai skenario kebijakan pemerintah. Impor beras untuk meringankan kerja petani, semakin memberatkan realisasi konsep cemerlang ketahanan dan kemandirian pangan.

Anak bangsa pribumi, putra-putri daerah, generasi patriot bangsa sibuk mengelola rasa bangga dengan keterasingan diri. Energi tersedot, emosi terkuras untuk menyesuaikan diri dengan peradaban yang bukan miliknya. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar