Indonesia
berubahlah, jangan risau risiko gemulai
Berubah
tanpa daya adalah sekedar mengikuti proses pergantian waktu. Hitungan detik
sampai hari. Bersifat alami. Ikut arus waktu. Duduk manis, pasif, tetap
mengalami proses perubahan. Memperpanjang lelap malam, waktu terasa cepat.
Menahan nafas, hitungan detik sarat berat.
Jika
ditanya apa rencana sekarang, hari ini. Jawaban tipikal : ”sama, seperti kemarin”. Tidak salah, karena besok bukan milik hamba-Nya.
Sabar dalam proses waktu, pasrah dengan keadaan, bukan berarti pasif.
Perulangan
waktu, dari subuh hingga subuh hari berikutnya, nyaris tipikal. Berulang secara
sistematis. Justru terjadi revolusi harian. Jika statis maka tubuh manusia akan
keropos sel demi sel. Pertambahan usia dan atau umur, diikuti manajemen jiwa
raga.
Akumulasi
perubahan individu apa bisa berdampak pada lingkungan. Tentu bisa. Sebaliknya
jauh lebih bisa. Manusia dengan segala daya upaya bahkan mampu merubah tata
rupa bumi. Tanah dan air menjadi obyek kerakusan, keserakahan, ketamakan.
Perubahan
yang terjadi pada manusia dan atau orang NKRI lebih diakibatkan pengaruh
global. Penjajahan melalui kemajuan teknologi. Anak bangsa pribumi memang siap
memakai produk asing. Merasa masuk klas dunia. Daya sensor psikologis yang
berpusat di otak, kalah garang dengan invasi dan intervensi ‘barang baru’.
Sikap
sigap siaga siap berubah ditandai dengan ramah investor. Anak cucu petani lebih
memilih jalur sendiri. Deru traktor tangan bantuan presiden, seperti tanpa
dampak sesuai skenario kebijakan pemerintah. Impor beras untuk meringankan
kerja petani, semakin memberatkan realisasi konsep cemerlang ketahanan dan
kemandirian pangan.
Anak
bangsa pribumi, putra-putri daerah, generasi patriot bangsa sibuk mengelola
rasa bangga dengan keterasingan diri. Energi tersedot, emosi terkuras untuk
menyesuaikan diri dengan peradaban yang bukan miliknya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar