Halaman

Selasa, 06 November 2018

harga mati NKRI darurat cerdas idéologi


harga mati NKRI darurat cerdas idéologi

Terang terus hahwasanya penulis belum paham apa itu cerdas idéologi. Bangsa pribumi pun alergi untuk bahas, bincang, bunyikan ikhwal ‘idéologi’. Lepas dari kamus yang ada. Jangan-jangan merupakan kata asing, berakhiran ‘logi’. Maksudnya, jangan-jangan malah sebagai ilmu tentang orang idiot.

Diartikan sebagai politik, takut terjebak dogma partai politik. Iseng cek simak di KBBI 2008. Lema akarologi n ilmu tt seluk-beluk kehidupan tungau dan caplak. Logikanya tetang ‘akar’. Meleset tak terduga.

Pepolitik di Nusantara, banyak sebutan, predikat atau padanan status. Status puncak adalah petugas partai alias presiden. Semoga narasi asal ini sedikit membuka niatan kita.

Terpukau atas fakta sejarah yang belum sempat ‘dihapus’. Politik atau idéologi, atau sebaliknya. Penamaan formal bagi ‘petugas partai’ adalah manusia politik. Termaktub di RPJMN 2015-2019.

Yakin saja dengan makna dinamis peribahasa ‘ada asap ada api’. Ada rangkaian penamaan ‘petugas partai’ dengan boneka politik serta éfék dominonya.. Akumulasinya mengarah ke bencana politik.

Urusan negara percayakan kepada ahlinya. Jelas, tak ada hubungan diplomatis dengan ulah orang idiot. Idiot politik bukan lawan kata dari cerdas ideologi. Mungkin, atau ada sinyelemen lain dari pembaca.

Lebih beruntung yang buta politik tetapi cerdas diri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar