harga mati NKRI darurat
cerdas idéologi
Terang terus hahwasanya penulis belum paham apa itu
cerdas idéologi. Bangsa pribumi pun alergi untuk bahas, bincang, bunyikan
ikhwal ‘idéologi’. Lepas dari kamus yang ada. Jangan-jangan merupakan kata
asing, berakhiran ‘logi’. Maksudnya, jangan-jangan malah sebagai ilmu tentang orang idiot.
Diartikan sebagai politik, takut terjebak dogma
partai politik. Iseng cek simak di KBBI 2008. Lema akarologi n
ilmu tt seluk-beluk kehidupan tungau dan caplak. Logikanya tetang ‘akar’. Meleset
tak terduga.
Pepolitik di Nusantara, banyak
sebutan, predikat atau padanan status. Status puncak adalah petugas partai
alias presiden. Semoga narasi asal ini sedikit membuka niatan kita.
Terpukau atas fakta sejarah yang belum sempat ‘dihapus’.
Politik atau idéologi, atau sebaliknya. Penamaan formal bagi ‘petugas partai’
adalah manusia politik. Termaktub di RPJMN 2015-2019.
Yakin saja dengan makna dinamis peribahasa ‘ada
asap ada api’. Ada rangkaian penamaan ‘petugas partai’ dengan boneka politik
serta éfék dominonya.. Akumulasinya mengarah ke bencana politik.
Urusan negara percayakan kepada ahlinya. Jelas, tak
ada hubungan diplomatis dengan ulah orang idiot. Idiot politik bukan lawan kata
dari cerdas ideologi. Mungkin, atau ada sinyelemen lain dari pembaca.
Lebih beruntung yang buta politik tetapi cerdas
diri. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar