Halaman

Rabu, 09 Mei 2018

nilat tukar Rp vs penggunaan pupuk organik


nilat tukar Rp vs penggunaan pupuk organik

Bagi petani padi sawah, bisa-bisa penggunaan pupuk organik hanya sebatas impian. Berkat kebijakan ekonomi, yang begitu peduli dengan nasib petani, maka untuk meringankan beban kerja petani, pemerintah meluncurkan pupuk buatan atau pupuk anorganik.

Efek domino penggunaan pupuk anorganik, usai panen tanah akan mengeras. Susah untuk dicangkul. Perlu traktor tangan bantuan presiden. Ketahanan tangan petani diyakini mendongktak produktivitas gabah per ha. Ditunjang irigasi secara berkelanjutan sehingga petani tidak tergantung curah hujan.

Birokrasi yang menangani ekspor impor, sudah memegang asumsi kebutuhan pupuk selama satu periode pemerintah. Dengan kalkulasi bahwa manfaat sertifikat perluasan lahan tani, kebutuhan pupuk akan meningkat.

Petani dan keluarganya, memang tak banyak protes. Merasa punya tanggung jawab akan profesinya. Soal ada petani berdasi atau sebutan lainnya, tak ambil pusing. Bagaimana posisi diri dan nasib sebagai petani di tata niaga, mata rantai, tak mau repot-repot. Bukan urusannya. Mau bagian dari liga tani yang mana. Tetap main cangkul.

Petani walau anaknya tak gaptek, tetap aman-aman saja menghadapi pasang surut nilai tukar Rp terhadap dollar`AS. Jangankan harga pupuk impor melambung, HET beras lokal membubung, nasibnya tetap berjalan di tempat.

Nasib petani jadi subyek pemerintah 2014-2019, memangnya masuk obrolan mereka. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar