nilat tukar Rp vs
penggunaan pupuk organik
Bagi petani padi sawah,
bisa-bisa penggunaan pupuk organik hanya sebatas impian. Berkat kebijakan
ekonomi, yang begitu peduli dengan nasib petani, maka untuk meringankan beban
kerja petani, pemerintah meluncurkan pupuk buatan atau pupuk anorganik.
Efek domino penggunaan
pupuk anorganik, usai panen tanah akan mengeras. Susah untuk dicangkul. Perlu traktor
tangan bantuan presiden. Ketahanan tangan petani diyakini mendongktak
produktivitas gabah per ha. Ditunjang irigasi secara berkelanjutan sehingga
petani tidak tergantung curah hujan.
Birokrasi yang menangani
ekspor impor, sudah memegang asumsi kebutuhan pupuk selama satu periode
pemerintah. Dengan kalkulasi bahwa manfaat sertifikat perluasan lahan tani,
kebutuhan pupuk akan meningkat.
Petani dan keluarganya,
memang tak banyak protes. Merasa punya tanggung jawab akan profesinya. Soal ada
petani berdasi atau sebutan lainnya, tak ambil pusing. Bagaimana posisi diri
dan nasib sebagai petani di tata niaga, mata rantai, tak mau repot-repot. Bukan urusannya. Mau bagian dari liga tani yang mana. Tetap main
cangkul.
Petani walau anaknya tak
gaptek, tetap aman-aman saja menghadapi pasang surut nilai
tukar Rp terhadap dollar`AS. Jangankan harga pupuk impor melambung, HET beras
lokal membubung, nasibnya tetap berjalan di tempat.
Nasib petani jadi subyek
pemerintah 2014-2019, memangnya masuk obrolan mereka. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar