Halaman

Minggu, 20 Mei 2018

Makna Hidup Manusia Di Sepertiga Akhir Hayat


Makna Hidup Manusia Di Sepertiga Akhir Hayat

Kita yakini bahwasanya rotasi bumi (gerakan berputar planet bumi pada sumbu atau porosnya) sekaligus revolusi bumi (rotasi bumi sambil mengelilingi matahari di bola langit dengan bidang edar ekliptika). Ikhwal ini memberi kita satuan waktu yang paling dasar, yaitu sehari semalam atau biasa disebut 24 jam.

Perubahan waktu dan tempat secara konstan, tentu ada dampak, efek, atau akibat lainnya yang seolah terukur. Satuan waktu terkecil sampai detik ini yang kita jadikan pegangan normal dan formal adalah ‘detik’.

Apa saja yang terjadi dengan tubuh kita dalam hitungan detik. Untuk mengetahuinya, tak semudah membalik telapak tangan sendiri. Kenalilah kinerja anggota tubuh atau kehidupan diri kita.

Mulai dengan hafalan, bahwasanya denyut nadi adalah berapa kali arteri (pembuluh darah bersih) mengembang dan berkontraksi dalam satu menit sebagai respon terhadap detak jantung. Jumlah denyut nadi sama dengan detak jantung. Ini karena kontraksi jantung menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi di arteri.

Simpul awal, seberapa kuat jalinan  keterkaitan antara detik waktu, detak jantung dan denyut nadi. Apakah kejadian perkara ini bersifat sesuai asas patuh, tunduk, taat.

Dengan modal pembuka ini, lanjut masuk ke susbtansi olah kalimat.

Kita mengacu terjemahan [QS Al Jaatsiyah (45) : 5] : “dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.”

Ternyata pergantian waktu diikuti dengan kejadian alam yang merupakan dan menjadi bukti kekuasaan-Nya.

SEPERTIGA AKHIR MALAM
Istirahat malam hari sebagai pemulihan jiwa raga yang sudah dioperasionalkan sehari, sejak sebelum fajar berkibar sampai matahari terbenam.

Ada perkara apa di malam hari. Banyak kejadian yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Disempurnakan oleh Allah swt umur umat manusia. sebagaimana penjelasan [QS Al An’aam (6) : 60] : “Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan*), kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.”

Penjelasan *): Kamu ditidurkan di malam hari dan dibangunkan di siang hari, supaya dengan perputaran waktu itu habislah umurmu yang telah ditentukan.

Singkat kata, setelah sholat fardhu atau biasa disebut sholat 5 (lima) waktu, maka sholat malam atau sholat tahajud, mempunyai keutamaan di bawah sholat fardhu. Ikhwal lain, untuk melengkapi, menyempurnakan sholat fardhu, umat Islam dianjurkan menegakkan sholat sunnah Rawatib.

Kaitan dengan sholat tahajud, kita mengacu terjemahan [QS Al Israa’ (17) : 79] : “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”

Kedudukan sholat Tahajud sebagai sunnah mu’akad. Dengan pengertian, jika tidak dikerjakan kita akan merugi. Kehilangan satu kebaikan. Tidak mendapat nilai tambah.

SEPERTIGA AKHIR BULAN RAMADHAN
Renungan kemanfaatan bulanRamadhan, bahwa  10 malam pertama Ramadhan adalah Rahmat, dan 10 malam pertengahan adalah Maghfiroh (ampunan) dan 10 malam terakhir adalah Itqum mina Nar (pembebasan dari api neraka).

Dekade ketiga mendapat nilai tambah dengan malam seribu bulan. Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.

Penutup prosesi puasa (10 hari terakhir), babak final, oleh sebagian umat Islam, lebih mengedepankan ritualisme tradisi yaitu tradisi mudik. Sebagian yang lain bersiap menghadapi Lebaran 1 Syawal, dengan melakukan belanja sandang, pangan. Sisanya, tetap konsisten dengan niat awal untuk puasa Ramadhan disertai ibadah wajib dan sunnah.

Fase 10 hari ketiga atau terakhir puasa Ramadhan, godaan dunia dengan dalih urusan Hablum Minannas atau tepatnya tradisi budaya maupun ritual religi mudik, bisa mengalahkan makna pahala Itqum mina Nar (pembebasan dari Api Neraka) serta malam iktikaf.  Salah satu keutamaan malam dari 10 hari terakhir adalah terdapatnya malam Lailatul Qadr, yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. 

Nilai ibadah wajib dan sunah yang kita lakukan di malam Lailatul Qadr sama dengan akumulasi jumlah jika dilakukan selama seribu bulan. Penjelasan lain, bahwa makna ‘lebih baik daripada seribu bulan’ adalah ketetapan Allah swt. Saat Rasulullah saw tahu bahwa umut umatnya pendek. Tidak seperti umur umat rasul dan anat nabil sebelem beliau. Allah swt menurunkan ayat ‘lebih baik daripada seribu bulan’.

SEPERTIGA AKHIR HAYAT
Wajar, dengan bahasa manusia, yang mengenal BUP (batas usia pensiun). Patokan, acuan batasan umur bagi umat Islam adalah umur Rasulullah saw saat wafat. Disebutkan sudah masuk bilangan 63 tahun. Jika dengan kehendak-Nya ada yang bisa melebihi batas usia Rasulullah saw, disebut sebagai bonus.

Akhirnya, ada yang merasa bahwa kehidupan di mulai pasca pensiun, di usia senja. Saat-saat sudah bau tanah. Hidup tidak sekedar menghabiskan jatah umur dengan sia-sia.

Ingatan kita mengembara, terusik dengan cuplikan hadits bahwasanya Allah swt murka kepada hamba-Nya yang sudah renta, tapi masih sibuk dengan laku maksiat.

Tidak salah, jika ibarat lari jarak jauh, akankah kita bisa sampai garis finish, garis akhir.

Dalam kehidupan ini, bahwa bagaimana kita nanti di akhirat, tergantung bagimana etape terakhir kita. Apakah bisa sampai garis finish “tanpa batal sholat”. Jelasnya, sejak awal sampai jelang garis finish, kita melakukan amal surga, melakukan ibadahnya ahli surga. Namun jelang garis finish, setan bisa saja dengan segala tiuop dayanya mampu menggelincirkan kita.

Sebaliknya, orang yang secara harian tampak tak jauh dari perbuatan maksiat atau seolah sebagai calon ahli neraka. Kita tak bisa dan tak ada yang berhak  menjustifikasikannya. Namun jelang akhir hayat, hidayah Allah swt turun. Atau ybs melakukan amalan surga dan tercatat saat sakratul maut. Artinya, mampu melampaui garis finish dengan status di jalan-Nya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar