Makna Hidup Manusia Di Sepertiga
Akhir Hayat
Kita
yakini bahwasanya rotasi bumi (gerakan berputar planet bumi pada sumbu atau
porosnya) sekaligus revolusi bumi (rotasi bumi sambil mengelilingi matahari di
bola langit dengan bidang edar ekliptika). Ikhwal ini memberi kita
satuan waktu yang paling dasar, yaitu sehari semalam atau biasa disebut 24 jam.
Perubahan waktu dan
tempat secara konstan, tentu ada dampak, efek, atau akibat lainnya yang seolah
terukur. Satuan waktu terkecil sampai detik ini yang kita jadikan pegangan
normal dan formal adalah ‘detik’.
Apa saja yang terjadi
dengan tubuh kita dalam hitungan detik. Untuk mengetahuinya, tak semudah
membalik telapak tangan sendiri. Kenalilah kinerja anggota tubuh atau kehidupan
diri kita.
Mulai dengan hafalan,
bahwasanya denyut nadi adalah berapa kali arteri (pembuluh darah bersih)
mengembang dan berkontraksi dalam satu menit sebagai respon terhadap detak
jantung. Jumlah denyut nadi sama dengan detak jantung. Ini karena kontraksi
jantung menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi di arteri.
Simpul awal, seberapa
kuat jalinan keterkaitan antara detik
waktu, detak jantung dan denyut nadi. Apakah kejadian perkara ini bersifat sesuai
asas patuh, tunduk, taat.
Dengan modal pembuka
ini, lanjut masuk ke susbtansi olah kalimat.
Kita mengacu terjemahan
[QS Al Jaatsiyah (45) : 5] : “dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang
diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi
sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berakal.”
Ternyata pergantian waktu diikuti dengan kejadian
alam yang merupakan dan menjadi bukti kekuasaan-Nya.
SEPERTIGA AKHIR MALAM
Istirahat malam hari sebagai pemulihan jiwa raga
yang sudah dioperasionalkan sehari, sejak sebelum fajar berkibar sampai
matahari terbenam.
Ada perkara apa di malam hari. Banyak kejadian yang
dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Disempurnakan oleh Allah swt umur umat manusia.
sebagaimana penjelasan [QS Al An’aam (6) : 60] : “Dan Dialah yang menidurkan
kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari,
kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu)
yang telah ditentukan*), kemudian kepada Allah-lah kamu kembali,
lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.”
Penjelasan *): Kamu ditidurkan di malam hari dan
dibangunkan di siang hari, supaya dengan perputaran waktu itu habislah umurmu
yang telah ditentukan.
Singkat kata, setelah sholat fardhu atau biasa
disebut sholat 5 (lima) waktu, maka sholat malam atau sholat tahajud, mempunyai
keutamaan di bawah sholat fardhu. Ikhwal lain, untuk melengkapi, menyempurnakan
sholat fardhu, umat Islam dianjurkan menegakkan sholat sunnah Rawatib.
Kaitan dengan sholat tahajud, kita mengacu
terjemahan [QS Al Israa’ (17) : 79] : “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
Kedudukan sholat Tahajud sebagai sunnah mu’akad. Dengan
pengertian, jika tidak dikerjakan kita akan merugi. Kehilangan satu kebaikan.
Tidak mendapat nilai tambah.
SEPERTIGA AKHIR BULAN RAMADHAN
Renungan kemanfaatan bulanRamadhan,
bahwa 10 malam pertama Ramadhan adalah
Rahmat, dan 10 malam pertengahan adalah Maghfiroh (ampunan) dan 10 malam
terakhir adalah Itqum mina Nar (pembebasan dari api neraka).
Dekade ketiga mendapat nilai tambah
dengan malam seribu bulan. Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia
dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang
penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.
Penutup prosesi puasa (10 hari
terakhir), babak final, oleh sebagian umat Islam, lebih mengedepankan ritualisme
tradisi yaitu tradisi mudik. Sebagian yang lain bersiap menghadapi Lebaran 1
Syawal, dengan melakukan belanja sandang, pangan. Sisanya, tetap konsisten
dengan niat awal untuk puasa Ramadhan disertai ibadah wajib dan sunnah.
Fase 10 hari ketiga atau terakhir
puasa Ramadhan, godaan dunia dengan dalih urusan Hablum Minannas atau tepatnya
tradisi budaya maupun ritual religi mudik, bisa mengalahkan makna pahala Itqum
mina Nar (pembebasan dari Api Neraka) serta malam iktikaf. Salah satu keutamaan malam dari 10 hari
terakhir adalah terdapatnya malam Lailatul Qadr, yaitu malam yang lebih
baik daripada seribu bulan.
Nilai ibadah wajib dan sunah yang
kita lakukan di malam Lailatul Qadr sama dengan akumulasi jumlah jika
dilakukan selama seribu bulan. Penjelasan lain, bahwa makna ‘lebih baik
daripada seribu bulan’ adalah ketetapan Allah swt. Saat Rasulullah saw tahu
bahwa umut umatnya pendek. Tidak seperti umur umat rasul dan anat nabil sebelem
beliau. Allah swt menurunkan ayat ‘lebih baik daripada seribu bulan’.
SEPERTIGA AKHIR HAYAT
Wajar, dengan bahasa manusia, yang
mengenal BUP (batas usia pensiun). Patokan, acuan batasan umur bagi umat Islam
adalah umur Rasulullah saw saat wafat. Disebutkan sudah masuk bilangan 63
tahun. Jika dengan kehendak-Nya ada yang bisa melebihi batas usia Rasulullah
saw, disebut sebagai bonus.
Akhirnya, ada yang merasa bahwa
kehidupan di mulai pasca pensiun, di usia senja. Saat-saat sudah bau tanah.
Hidup tidak sekedar menghabiskan jatah umur dengan sia-sia.
Ingatan kita mengembara, terusik
dengan cuplikan hadits bahwasanya Allah swt murka kepada hamba-Nya yang sudah
renta, tapi masih sibuk dengan laku maksiat.
Tidak salah, jika ibarat lari jarak
jauh, akankah kita bisa sampai garis finish, garis akhir.
Dalam kehidupan ini, bahwa bagaimana
kita nanti di akhirat, tergantung bagimana etape terakhir kita. Apakah bisa
sampai garis finish “tanpa batal sholat”. Jelasnya, sejak awal sampai jelang
garis finish, kita melakukan amal surga, melakukan ibadahnya ahli surga. Namun
jelang garis finish, setan bisa saja dengan segala tiuop dayanya mampu
menggelincirkan kita.
Sebaliknya, orang yang secara harian
tampak tak jauh dari perbuatan maksiat atau seolah sebagai calon ahli neraka.
Kita tak bisa dan tak ada yang berhak
menjustifikasikannya. Namun jelang akhir hayat, hidayah Allah swt turun.
Atau ybs melakukan amalan surga dan tercatat saat sakratul maut. Artinya, mampu
melampaui garis finish dengan status di jalan-Nya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar