diléma
tahun politik, manusia politik vs manusia ekonomi
Syahwat politik Nusantara, khususnya
yang mengandalakn keringat orang lain, dinasti politik, politik adalah segala-galanya,
tidak mengenal emanispasi. Semua manusia politik mempunyai hak yang sama.
Jangan dibilang dalam hal korupsi atau penyalahgunaan wewenang, kekuasaan. Memanfaatkan
kesempatan di periode ybs.
Semangkin nyata pergerakan politik –
tanpa ideologi – karena hanya sebatas memperebutkan kekuasaan secara
konstitusional, legal dan normal. Dibilang normal, karena sah-sah saja jika memakai
dukungan dari semua pihak.
Sebut saja bahwasanya Polri dengan
akal, nalar, logika diri sendiri, berniat, beringin membuat satgas politik
uang.
Jangan dimultitafsirkan. Malah bisa
terjerat pasal anti kemapanan, penebar dan penabur ujaran kebencian, upaya
merongrong wibawa negara dari dalam, mempraktikkan pasal makar atau gerakan
separatis berbasis pemerataan pembangunan.
Kesenjangan, ketimpangan,
ketidakmerataan daya ideologi antar provinsi, sebagai faktor utama penyebab
dominasi manusia ekonomi. Simak mengapa wabah dinasti politik masih aman-aman.
Tak salah, koalisi partai politik
pro-pemerintah tidak akan lurus sampai tingkat kabupaten/kota. Jadi, namanya
uang, tetap jadi penentu. Ingat, ideologi Rp menjadi lagu wajib kawanan
parpolis. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar