bukan
fakta bukan fitnah : POLITIK BERONGSONG
Lema ‘berongsong’ tentu beda dengan
lema ‘brongsong’. Tak usah diperdebatkan, malah membiakkan ujaran kebencian yang berbuah penisataan agama.
Bangsa ini sudah kenyang dengan ulah,
akal-akalan manusia politik. Padahal, sejatinya, sepak terjang manusia politik ruang
geraknya sesuai skenario manusia ekonomi.
Agar tidak terjadi kejadian politik bak mendapatkan duruian runtuh, maka buah lokal
diberongsong. Agar jatuhnya tak jauh dari pohonnya.
Manfaat pertama, agar cikal bakal buah
aman dari serangan pihak yang tak diinginkan. Walau posisi sudah tinggi, masih
saja lawan politik yang mengincar. Agar kader dmaksud jangan sampai masak di
pohon. Karena pohonnya susah digoyang.
Dalam kehidupan nyata di syahwat
politik, banyak buah yang cepat matang karena dikarbit, diperam atau hasil
rekayasa genetik. Atau karena sudah menang merek, unggul kemasan. Tak terkait
dengan jargon kerbau punya nama, sapi punya susu.
Faédah kedua, dimungkinkan sebagai
pertanda bahwa ybs sebagai cikal bakal yang diharapkan kemunculannya di
permukaan panggung kehidupan. Digadang-gadang nantinya jadi buah yang menonjol
di antara aneka buah yang tidak sealiran.
Dalam keluarga sang pohon, bakal
calon, cikal bakal buah yang diharapkan, diposisikan sebagai anak emas. Jangan sampai
berkeringat. Diruwat betul jangan sampai jatuh sebelum jatuh tempo. Pokoknya dijaga
betul, bagai merawat bayi besar.
Jadi, aneka kejadian berbau politis,
memang hasil rekayasa, skenario, modus atau pesanan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar