Halaman

Senin, 25 Desember 2017

bukan fakta bukan fitnah : POLITIK BERONGSONG



bukan fakta bukan fitnah :  POLITIK BERONGSONG

Lema ‘berongsong’ tentu beda dengan lema ‘brongsong’. Tak usah diperdebatkan, malah membiakkan ujaran  kebencian yang berbuah penisataan agama.

Bangsa ini sudah kenyang dengan ulah, akal-akalan manusia politik. Padahal, sejatinya, sepak terjang manusia politik ruang geraknya sesuai skenario manusia ekonomi.

 Agar tidak terjadi kejadian politik bak  mendapatkan duruian runtuh, maka buah lokal diberongsong. Agar jatuhnya tak jauh dari pohonnya.

Manfaat pertama, agar cikal bakal buah aman dari serangan pihak yang tak diinginkan. Walau posisi sudah tinggi, masih saja lawan politik yang mengincar. Agar kader dmaksud jangan sampai masak di pohon. Karena pohonnya susah digoyang.

Dalam kehidupan nyata di syahwat politik, banyak buah yang cepat matang karena dikarbit, diperam atau hasil rekayasa genetik. Atau karena sudah menang merek, unggul kemasan. Tak terkait dengan jargon kerbau punya nama, sapi punya susu.

Faédah kedua, dimungkinkan sebagai pertanda bahwa ybs sebagai cikal bakal yang diharapkan kemunculannya di permukaan panggung kehidupan. Digadang-gadang nantinya jadi buah yang menonjol di antara aneka buah yang tidak sealiran.

Dalam keluarga sang pohon, bakal calon, cikal bakal buah yang diharapkan, diposisikan sebagai anak emas. Jangan sampai berkeringat. Diruwat betul jangan sampai jatuh sebelum jatuh tempo. Pokoknya dijaga betul, bagai merawat bayi besar.

Jadi, aneka kejadian berbau politis, memang hasil rekayasa, skenario, modus atau pesanan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar