Halaman

Kamis, 04 Mei 2017

Tergantung Kekuatan Pasar



Tergantung Kekuatan Pasar

Niat mulia pemerintah menertibakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai langkah politis. Keputusan yang diambil berdasarkan masukan dari pihak yang bisa menentukan jalannya pemerintahan. Melaksanakan kewajiban Trisakti dan Nawa Cita yang diperkuat ramuan ajaib revolusi mental, masih jauh panggang dari api.

Kebutuhan untuk bahan baku makanan atau lauk rakyat : tahu dan tempe, yaitu kedelai masih ditentukan oleh pasokan dari luar negeri. Daya kendali pemerintah terhadap pasokan dan harga cabai dengan cara tarik ulur. Lama-lama rakyat bosan, jenuh dan segera melupakannya.

Konsep Jokowi agar politik dan agama dipisahkan, tidak dicampuradukkan dalam satu wadah. Akan semakin kental terukur dan nyata pasca putaran kedua pilkada DKI Jakarta, Rabu, 19 April 2017, apapun bisa terjadi. Rencana B, skenario atau konspirasi asing akan terang-terangan dicanangkan dan diterapkan. Pemerintah kelebihan energi untuk mensukseskan pilpres 2019.

Indonesia sebagai negara ramah-investor, khususnya terhadap investor dari daratan Tiongkok. Tindak turun tangan presiden semakin menunjukkan ikatan moralnya dengan negara tirai bambu.

Secara umum, masih ada yang sepak terjangnya di atas HTI. Atau masih adanya peninggalan kekuatan politik di zaman Orde Lama yang merasuk ke berbagai gerakan legal. Menjadi penumpang gelap di tubuh partai politik dengan ideologi tertutup. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar