Halaman

Rabu, 31 Mei 2017

Pancasila dan nyawa saringan



Pancasila dan nyawa saringan

Tolok ukur suksesnya pejuang politik Nusantara, jika berhasil mengkibarkan bendera partai politiknya di istana negara. Kembali ke peristiwa pesta demokrasi 2014. Juara umum pemilihan umum legislatif april 2014, tidak siap mental untuk menang. Tidak punya kader unggulan kategori “orang dalam” yang siap berlaga di pemilihan umum presiden juli 2014.

Tahap sejarah berikutnya membuktikan parpol dimaksud mampu menyediakan stok untuk kursi pembantu presiden. Kalau bukan karena politik transaksional, politik balas jasa, balas budi, mau tak mau presiden mau menerima “kader terbaik” yang menang merek atau menyandang merek menang.

Ditarik benang merah antar pemerintah, antar periode, maka periode 2014-2019, seolah negara selain sebagai negara multipartai, dikenal dengan negara multipilot.

Paruh akhir periodenya Jokowi plus minus JK, sudah ada indikasi, gejala awal ambisi politik apkiran untuk lanjut ke 2019. Seolah-olah terjadi saringan bagaimana bukan untuk sekedar sampai akhir periode dengan WTP.

Apa yang terjadi kawan. Akumulasi dampak tindak pidana korupsi, utang luar negeri, penanaman modal asing atau apa saja kiat saja mencari dana asing, walhasil, generasi yang belum lahir, bahkan calon orangtuanya malah belum lahir, terbebani dosa politik tujuh turunan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar