Halaman

Rabu, 31 Mei 2017

dicari, calon pemeran Indonesia saat ini



dicari, calon pemeran Indonesia saat ini

Tidak sekedar adegan demi adegan. Sudah sejibun episode, serial bersambung dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote. Tampak nyata wajah rakyat Indonesia, tampak jelas sosok masyarakat adat sampai profil roman muka masyarakat di tepi kota, pojok desa, di daerah pinggiran yang semangkin terpinggirkan.

Hingar-bingar politik dilengkapi wajah sangar pemain politik di pentas lokal, tampak garang garing. Kumpulan wakil rakyat Nasional karena luasnya tanah air, akan ditambah 15 kursi. Watak aseli apa saja yang berhasil digali di bumi pertiwi. Apakah akan mewakili peradaban asing yang sebentar lagi akan bermain secara formal, legal, konstitusional di panggung Nusantara.

Peradaban impor sudah lama merasuki jiwa bangsa, mengkontaminasi alur pikir, ragam ucap dan pola tindak anak bangsa sejak dalam kandungan.

Sulit tebak dialami rakyat secara alami. Sudah membedakan mana tokoh satria dan mana tokoh raksasa. Kustom semua pemain sama. Atribut partai dan busana seragam kebesaran yang hanya beda warna.

Rambu lalin bertengger di mana saja masih dilibas, apalagi kebijakan di atas kertas, langsung lenyap tanpa bekas. Akhirnya Nusantara krisis skenario yang digali dari kehidupan rakyat.

Akhirnya tanpa komando, tanpa aba-aba, setiap oknum penyelenggara berkeliaran bebas, blusukan sampai lokasi “jalma mara jalma mati” sekedar cari wangsit. Plus pulang lebih sakti, digdaya, mandraguna.

Bukannya calon penonton yang berjubel antri beli tiket di loket umum. Tapi malah pemain cadangan sudah siap makar, kudeta. Kalau tidak segera naik pentas, akan bersegera, bergegas membuat pentas tandingan. Wong podo kéréné, malah saling pamér.

Hadapi laga kandang 2019, investor politik, bandar politik, cukong politik sudah mulai membidik bakal calon potensial. Sistem pengkaderan, rekrutmen di internal sebuah partai politik tak berlaku, tidak dianggap sebagai produk resmi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar