Halaman

Sabtu, 22 Oktober 2016

Menakar Daya Ideologi Mahasiswa



Menakar Daya Ideologi Mahasiswa

Menyimak persyaratan bakal calon wakil rakyat, kepala daerah maupun anggota DPD, maupun calon presiden dan calon wakil presiden, yaitu berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat, apakah ikhwal ini mempengaruhi semangat dan jiwa ideologi anak bangsa yang sedang menimba ilmu di kampus.

Fakta dominasi partai politik sebagai komponen penyelenggara negara, sebagai hasil pesta demokrasi, dilengkapi dengan hiruk-pikuk politik, akankah menjadi trauma politik bagi mahasiswa sebagai pemilih pemula. Konflik internal partai politik menambah deretan alergi politik. Efek domino negara multipartai menjadikan pilihan mahasiswa menjadi asal pilih. Muka lama yang menghiasi parpol, kemasan dan label yang nyaris seragam serta tampilnya petualang politik malah memantapkan rasa antipati.

Hitam putih politik Nusantara, petugas partai berurusan dengan KPK serta berita miring tentang perilaku pelaku, pemain, pegiat politik tidak menyiutkan nyali, niat mahasiswa dan generasi muda untuk tidak sekedar jadi penonton. Mereka ingin ambil bagian dari lakon politik di panggung Nusantara.

Antrian calon pemain yang tidak diimbangi dengan pengkaderan, bukan satu-satunya penyebab mahasiswa melirik organisasi kemahasiswaan sebagai wadah asasi “setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Praktik sukses organisasi kemahasiswaan maupun catatan hitamnya, tidak menjadikan penghalang bagi mahasiswa untuk berkonstribusi, berkiprah dan berkinerja dalam satu barisan.

Tradisi organisasi kemahasiswaan yang berbasis agama Islam sebagai pabrik orang politik, atau yang tak jauh dari hakikat keilmuan, menjadi karakter kuat organisasi. Mahasiswa berpolitik praktis, sebagai langkah awal, berproses menjadi petarung politik. Manfaat organisasi kemahasiswaan sebagai ‘sekolah politik’ bisa berjalan paralel dengan perkuliahan. Mensinergikan, meramu ilmu kampus dengan ilmu kemasyarakatan, menjadi pola baru berpolitik secara cerdas, bertanggung jawab dan bermartabat. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar