Halaman

Senin, 17 Oktober 2016

antara yang Islam banget dengan yang Islam saja



antara yang Islam banget dengan yang Islam saja

Pada saat kajian bakda subuh tiap sabtu dan minggu, secara tak langsung ujar ustad agar jangan baju untuk tidur dipakai ke masjid, seolah ditujukan ke diriku. Saya sendiri bukannya tak suka berdandan, cuma yang penting pakai busana secara sopan, rapi dan sesuai adab berbusana secara Islam.

Di antara jamaah satu saf, saya terlihat menonjol karena tidak memakai sarung, baju koko dan kopiah atau tutup kepala sebagai bukti kehajian. Semakin menonjol dengan rambut putih. Memang, kalau pas pakai baju kaos berkrah, saya pakai isya’ ataupun subuh berjamaah.

Kata jamaah, satu-satunya atribut Islam yang saya punyai yaitu janggut putih, mengimbangi rambut di kepala yang serba putih. Mereka belum pernah melihat saya memakai sarung, baju koko, dsb. Bahkan kopiah pun seperti tak punya. Kalau perlu, ke masjid memakai kaos seminar, kaos sponsor berbagai warna. Bahkan sholat jumat, dengan santai memakai kaos warna hitam.

“Mau kemana pak?”, sapa seseorang ketika saya jalan cepat jelang azan isya’. “Ke masjid”, sambil senyum dan tetap langkah cepat. Si penanya bertanya heran : “Ke masjid?”. Itulah persepsi orang, mungkin karena melihat busana saya. Sebagai suatu premis yang wajar, manusiawi.

Akankah keislaman seseorang ditakar dari busana, atribut fisik, nama atau sifat melekat lainnya. Jamainan Rasulullah mengenal umatnya di akhirat dari pancaran wajahnya. Wajah teduh, bersih, bercahaya. Wajah yang berbeda dengan umat agama lainnya. Tentunya di dunia, kadar jiwa, kandungan reliji terpancar pada wajah, roman muka kita. In sya Allah. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar